Para pemuda Kampung Anemaugi di Wamena yang melakukan tarian perang. Dahulu tradisi tersebut dilakukan untuk merebut lahan atau untuk membalas dendam pada pemuda kampung lain apabila terjadi perselisihan (Randy/detikTravel)
Masing-masing pemuda masih mengenakan koteka dan pakaian adat Suku Dani pada umumnya. Kini tarian perang tersebut lebih dimaksudkan sebagai pertunjukan budaya bagi tamu yang datang (Randy/detikTravel)
Baik tua mau pun muda, semua laki-laki Suku Dani punya andil untuk ikut serta dalam tradisi perang. Senjata yang digunakan adalah tombak hingga panah (Randy/detikTravel)
Ketua Suku Yali Mabel yang tengah memanjat menara sekaligus memulai pertunjukan tarian perang. Sambil melepaskan anak panah ke udara, pak Yali juga memanggil para pemuda (Randy/detikTravel)
Bahkan ada salah satu pemuda yang pura-pura terkena panah dan digotong bareng oleh para pemuda. Layaknya time break di adegan sepakbola, perang pun dihentikan sementara waktu (Randy/detikTravel)
Ketua Suku turun ke lapangan untuk menghentikan pertunjukan perang, sekaligus mengakhiri ritual perang di hari itu (Randy/detikTravel)
Para pemuda Suku Dani yang berbaris rapi sambil meneriakkan bahasa adat setempat. Tidak berapa lama mereka berbaris keluar lapangan dan pertunjukan pun selesai (Randy/detikTravel)