Sekitar awal tahun 1900-an, daerah Cikini di Jakarta Pusat menjadi markas dari perjuangan sejumlah tokoh organisasi Sarekat Islam. Selain aktif menyiarkan Islam dan melawan penjajah Belanda, sejumlah tokohnya diketahui sering berkumpul di Masjid Al-Makmur, Cikini (Randy/detikTravel)
Selain menjadi tempat kumpul para tokoh Sarekat Islam, kehadiran masjid tersebut juga tidak terlepas dari peran serta Maestro lukis Raden Saleh yang dahulu tinggal di daerah Cikini (Randy/detikTravel)
Sebelum menjadi masjid seperti sekarang, dahulu Masjid Al-Makmur hanyalah sebuah surau sederhana yang dibangun oleh Raden Saleh sekitar tahun 1860 di samping rumah kediamannya (Randy/detikTravel)
Namun ketika rumah Raden Saleh dibeli dan dijadikan rumah sakit oleh Ratu Emma, keberadaan surau itu terancam dan dipindahkan oleh masyarakat ke lokasi Masjid Al Makmur kini. Barulah kemudian diperbesar hingga seperti sekarang (Randy/detikTravel)
Bukti kehadiran sejumlah tokoh Sarekat Islam dapat dilihat pada simbol bulan bintang yang ada di sisi depan masjid. Tokoh Sarekat Islam seperti KH Agus Salim hingga HOS Tjokroaminoto diketahui sering bertemu di masjid tersebut (Randy/detikTravel)
Setelah Indonesia merdeka, masalah sengketa pun kembali terjadi antara pihak pengurus yayasan Masjid Al-Makmur beserta Pihak Dewan Gereja Indonesia (DGI) selaku pengurus rumah sakit yang mengklaim tanah masjid. Untungnya sengketa selesai tahun 1991 dan status bangunan cagar budaya disematkan (Randy/detikTravel)