Instagenic, Ini Desa Tradisional Jepang yang Tertutup Salju

Shirakawa Go adalah salah satu tempat wisata di Jepang yang ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Beberapa rumah di sana yang masih dibangun dengan cara tradisional yaitu dari kayu yang diperoleh di hutan dan atapnya terbuat dari semacam jerami (Firdaus/detikTravel)
Sejauh mata memandang tumpukan putih salju menutupi berbagai hal mulai dari rumah, pohon, hingga kendaraan yang ada di desa Shirakawa Go. Ada kemacetan di beberapa tempat karena mobil turis harus berbagi jalan dengan traktor yang bekerja menyingkirkan salju (Firdaus/detikTravel)
Salah satu warga yang bernama Wada membuka rumahnya untuk bisa dinikmati oleh turis. Pengunjung bisa masuk dengan membayar 300 Yen atau sekitar Rp 34.000 dan melihat bagaimana kehidupan penduduk desa jaman dahulu (Firdaus/detikTravel)
Di dalam rumah biasanya terbagi menjadi tiga lantai, ada tempat khusus di lantai dua dan tiga yang digunakan untuk berternak ulat sutera. Shirakawa Go memang terkenal sebagai tempat yang dipenuhi salju sehingga penduduknya tidak bisa berternak atau bercocok tanam. Kebanyakan penduduk menggantungkan hidupnya dengan menjual benang sutra (Firdaus/detikTravel)
Di sepanjang jalanan desa traveler bisa menemukan beragam toko yang menjual makanan ringan hangat seperti goheimochi, sejenis camilan dari ketan yang dibubuhi bumbu kecap. Selain itu ada juga toko yang menjual produk-produk pertanian lokal meski tidak banyak (Firdaus/detikTravel)
Shirakawa Go adalah salah satu tempat wisata di Jepang yang ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Beberapa rumah di sana yang masih dibangun dengan cara tradisional yaitu dari kayu yang diperoleh di hutan dan atapnya terbuat dari semacam jerami (Firdaus/detikTravel)
Sejauh mata memandang tumpukan putih salju menutupi berbagai hal mulai dari rumah, pohon, hingga kendaraan yang ada di desa Shirakawa Go. Ada kemacetan di beberapa tempat karena mobil turis harus berbagi jalan dengan traktor yang bekerja menyingkirkan salju (Firdaus/detikTravel)
Salah satu warga yang bernama Wada membuka rumahnya untuk bisa dinikmati oleh turis. Pengunjung bisa masuk dengan membayar 300 Yen atau sekitar Rp 34.000 dan melihat bagaimana kehidupan penduduk desa jaman dahulu (Firdaus/detikTravel)
Di dalam rumah biasanya terbagi menjadi tiga lantai, ada tempat khusus di lantai dua dan tiga yang digunakan untuk berternak ulat sutera. Shirakawa Go memang terkenal sebagai tempat yang dipenuhi salju sehingga penduduknya tidak bisa berternak atau bercocok tanam. Kebanyakan penduduk menggantungkan hidupnya dengan menjual benang sutra (Firdaus/detikTravel)
Di sepanjang jalanan desa traveler bisa menemukan beragam toko yang menjual makanan ringan hangat seperti goheimochi, sejenis camilan dari ketan yang dibubuhi bumbu kecap. Selain itu ada juga toko yang menjual produk-produk pertanian lokal meski tidak banyak (Firdaus/detikTravel)