Sapokren, 'Rumah' Cendrawasih di Raja Ampat

Hal pertama yang harus dilakukan agar dapat menimkmati watching bird adalah traveler harus bangun pagi. Bird watching bisa dinikmati bisa dinikmati mulai pukul 05.00-06.30 WIT. Kalau mau bird watching saat sore juga bisa yaitu pukul 15.00 WIT (Bonauli/detikTravel)
Untuk melihat cendrawasih traveler harus treking selama 30 menit ke dalam hutan. Traveler akan diminta oleh guide untuk tidak bersuara dan mengendap-endap, Karena cendrawasih sangat peka terhadap suara dan gerakan (Bonauli/detikTravel)
Saat treking, guide akan memberikan penjelasan tentang habitat burung dan tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar habitat cendrawasih. Salah satunya tumbuhan Aikapu. Aikapu punya keunikan tersendiri, ia tidak bisa ditanam (harus tumbuh sendiri) dan buahnya berbau seperti kotoran manusia (Bonauli/detikTravel)
Tak hanya melihat cendrawasih, tim media juda diajak untuk naik ke titik pandang di atas bukit bernama Panorama. Dari sini, traveler akan melihat pemandangan luas hutan dan lautan Raja Ampat (Bonauli/detikTravel)
Tak hanya berfoto, istirahat setelah treking juga jadi pilihan ketika sampai di atas titik panorama. Udaranya sangat sejuk sangat cocok untuk tidur-tiduran (Bonauli/detikTravel)

Selama perjalanan akan ada anjing-anjing kecil peliharaan pemandu yang akan menemani treking. Jadi traveler tak perlu takut nyasar dan mereka juga sangat jinak (Bonauli/detikTravel)
Tapi traveler harus berhati-hati nih, karena di hutan ini masih ada lalat babi. Lalat ini berukuran seperti lebah dan menghisap darah manusia. Parahnya, setelah dihisap darah pada luka tidak akan berhenti dan terus mengeluarkan darah (Bonauli/detikTravel)
Walaupun hanya bisa melihat cendrawasih tanpa memotretnya (karena mereka suka berpindah-pindah), ada baiknya berfoto bersama. Karena pemandangannya instagenic banget (Bonauli/detikTravel)

Hal pertama yang harus dilakukan agar dapat menimkmati watching bird adalah traveler harus bangun pagi. Bird watching bisa dinikmati bisa dinikmati mulai pukul 05.00-06.30 WIT. Kalau mau bird watching saat sore juga bisa yaitu pukul 15.00 WIT (Bonauli/detikTravel)
Untuk melihat cendrawasih traveler harus treking selama 30 menit ke dalam hutan. Traveler akan diminta oleh guide untuk tidak bersuara dan mengendap-endap, Karena cendrawasih sangat peka terhadap suara dan gerakan (Bonauli/detikTravel)
Saat treking, guide akan memberikan penjelasan tentang habitat burung dan tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar habitat cendrawasih. Salah satunya tumbuhan Aikapu. Aikapu punya keunikan tersendiri, ia tidak bisa ditanam (harus tumbuh sendiri) dan buahnya berbau seperti kotoran manusia (Bonauli/detikTravel)
Tak hanya melihat cendrawasih, tim media juda diajak untuk naik ke titik pandang di atas bukit bernama Panorama. Dari sini, traveler akan melihat pemandangan luas hutan dan lautan Raja Ampat (Bonauli/detikTravel)
Tak hanya berfoto, istirahat setelah treking juga jadi pilihan ketika sampai di atas titik panorama. Udaranya sangat sejuk sangat cocok untuk tidur-tiduran (Bonauli/detikTravel)
Selama perjalanan akan ada anjing-anjing kecil peliharaan pemandu yang akan menemani treking. Jadi traveler tak perlu takut nyasar dan mereka juga sangat jinak (Bonauli/detikTravel)
Tapi traveler harus berhati-hati nih, karena di hutan ini masih ada lalat babi. Lalat ini berukuran seperti lebah dan menghisap darah manusia. Parahnya, setelah dihisap darah pada luka tidak akan berhenti dan terus mengeluarkan darah (Bonauli/detikTravel)
Walaupun hanya bisa melihat cendrawasih tanpa memotretnya (karena mereka suka berpindah-pindah), ada baiknya berfoto bersama. Karena pemandangannya instagenic banget (Bonauli/detikTravel)