Upacara pengembalian barang pusaka dari Indonesia ke Timor Leste di Jembatan Motaain. Ini adalah momen yang super langka yang bisa dijumpai traveler di PLBN Motaain (Fitraya/detikTravel)
Ini adalah keluarga dari dua kerajaan, Paslara dan Daulelo di Desa Aidabaleten dan Desa Rairobo, Subdistrik Atabae, Maliana, Timor Leste. Mereka akan menerima pengembalian barang pusaka (Fitraya/detikTravel)
Rombongan dari Desa Kenibibi, Atapupu, Kabupaten Belu, NTT membawa 3 tiang pusaka, yang di tengah diikat bendera Merah Putih. Yang di belakang membawa genderang, terompet ada juga pedang dalam kotak kayu (Fitraya/detikTravel)
Ceritanya, mereka adalah satu keluarga besar yang terpisah negara karena kejadian Referendum tahun 1999. Sebagian mengungsi ke Indonesia membawa barang pusaka kerajaan (Fitraya/detikTravel)
Serah terima benda pusaka. Benda pusaka ini sangat penting bagi mereka, tidak pernah pulang ke Timor Leste, dan baru dikembalikan 18 tahun kemudian (Fitraya/detikTravel)
Bendera Merah Putih diganti dengan Bendera Timor Leste. Karena seluruh rombongan tidak memiliki paspor, mereka tidak boleh melintasi separuh jembatan (Fitraya/detikTravel)
Doru Vicente (41) yang berbaju oranye adalah penanggung jawab upacara. Seluruh benda pusaka telah dikembalikan ke keluarga mereka di Timor Leste (Fitraya/detikTravel)
Momen mengharukan! Keluarga yang terpisah negara saling melepas rindu. Tidak gampang bagi mereka untuk saling bertemu (Fitraya/detikTravel)
Tadisi unik saling menyentuhkan hidung. Inilah tradisi etnis Timor yang mirip dengan etnis Maori di Selandia Baru (Fitraya/detikTravel)
Isak tangis haru mewarnai suasana usai upacara. Jembatan inilah tempat mereka bisa bertemu tanpa paspor, melepas rindu yang membuncah di dada mereka (Fitraya/detikTravel)