'Kartini-Kartini' Perajin Batik dari Solo

Kampung Batik Laweyan dikenal sebagai sentra penghasil kain batik berkualitas di Solo. Di kampung seluas kurang lebih 24 hektar, ada kurang lebih 100 perajin batik yang masih bertahan sampai sekarang (Wahyu/detikTravel)
Kampung Batik Laweyan sudah ada sejak abad ke-15. Kesan antik langsung terasa begitu menyusuri jalanan kampung ini. Sangat menarik! (Wahyu/detikTravel)
Bangunan-bangunan galeri batik pun terkesan kuno dan jadul. Tetapi batik-batiknya cantik kok. Traveler bisa memburunya untuk dijadikan oleh-oleh (Wahyu/detikTravel)
Di balik bertahannya Kampung Batik Laweyan sampai sekarang, ada tangan-tangan 'Kartini' yang setia mengayunkan canting mereka untuk membuat batik. Mereka adalah benteng terakhir untuk melestarikan seni batik (Wahyu/detikTravel)
Berpuluh tahun mereka menjalani profesi sebagai pembuat batik. Sudah tak terhitung berapa lembar kain batik yang mereka hasilkan. Namun mereka tetap setia untuk melestarikan seni warisan nenek moyang tersebut (Wahyu/detikTravel)
Bahkan 'Kartini-kartini' ini mengaku sudah mulai membatik sejak masih gadis, sampai sekarang sudah memiliki cucu. Namun sayang, generasi penerus mereka tidak begitu berminat untuk menekuni pembuatan batik (Wahyu/detikTravel)
Padahal menurut 'Kartini-Kartini' ini, membuat batik tidak sesulit yang dibayangkan. Kuncinya telaten dan teliti. Jika sering dikerjakan, otomatis akan bisa dengan sendirinya (Wahyu/detikTravel)
Satu kain batik bisa dikerjakan selama 2 minggu, ada juga yang dalam hitungan bulan. Semua tergantung pada kerumitan motif. Traveler yang ingin menghargai hasil karya mereka, bisa langsung mampir ke Kampung Batik Laweyan untuk membeli kain batik sebagai oleh-oleh  (Wahyu/detikTravel)
Kampung Batik Laweyan dikenal sebagai sentra penghasil kain batik berkualitas di Solo. Di kampung seluas kurang lebih 24 hektar, ada kurang lebih 100 perajin batik yang masih bertahan sampai sekarang (Wahyu/detikTravel)
Kampung Batik Laweyan sudah ada sejak abad ke-15. Kesan antik langsung terasa begitu menyusuri jalanan kampung ini. Sangat menarik! (Wahyu/detikTravel)
Bangunan-bangunan galeri batik pun terkesan kuno dan jadul. Tetapi batik-batiknya cantik kok. Traveler bisa memburunya untuk dijadikan oleh-oleh (Wahyu/detikTravel)
Di balik bertahannya Kampung Batik Laweyan sampai sekarang, ada tangan-tangan Kartini yang setia mengayunkan canting mereka untuk membuat batik. Mereka adalah benteng terakhir untuk melestarikan seni batik (Wahyu/detikTravel)
Berpuluh tahun mereka menjalani profesi sebagai pembuat batik. Sudah tak terhitung berapa lembar kain batik yang mereka hasilkan. Namun mereka tetap setia untuk melestarikan seni warisan nenek moyang tersebut (Wahyu/detikTravel)
Bahkan Kartini-kartini ini mengaku sudah mulai membatik sejak masih gadis, sampai sekarang sudah memiliki cucu. Namun sayang, generasi penerus mereka tidak begitu berminat untuk menekuni pembuatan batik (Wahyu/detikTravel)
Padahal menurut Kartini-Kartini ini, membuat batik tidak sesulit yang dibayangkan. Kuncinya telaten dan teliti. Jika sering dikerjakan, otomatis akan bisa dengan sendirinya (Wahyu/detikTravel)
Satu kain batik bisa dikerjakan selama 2 minggu, ada juga yang dalam hitungan bulan. Semua tergantung pada kerumitan motif. Traveler yang ingin menghargai hasil karya mereka, bisa langsung mampir ke Kampung Batik Laweyan untuk membeli kain batik sebagai oleh-oleh  (Wahyu/detikTravel)