pada zaman kolonial Belanda di tahun 1920-an, jamaah haji Indonesia meninggalkan negara ini untuk berlayar ke Arab Saudi lewat Sabang. Di Pulau Rubiah ini jamaah haji dikarantina dulu pada saat berangkat dan pulang untuk memastikan tidak membawa wabah kolera yang ditakuti saat itu (Bonauli/detikTravel)
Treking ke bekas Asrama Haji hanya memerlukan waktu 5 menit. Karena lokasinya berada dekat dengan pelabuhan. Traveler hanya tinggal mengikuti jalur yang sudah di paving blok (Bonauli/detikTravel)
Namun begitu menemukan bangunan Asrama Haji, perasaan kaget dan sedih bercampur menjadi satu. Bangunan ini sudah sangat kusam (Bonauli/detikTravel)
Bagian-bagian yang hancur dimasukan ke dalam bangunan (Bonauli/detikTravel)
Langit-langitnya yang terbuat dari triplek juga sudah roboh (Bonauli/detikTravel)
Bangunannya tidak tampak tua-tua amat. Selidik punya selidik, ternyata, bangunan terbengkalai ini bukanlah bangunan asli. Ini merupakan bangunan renovasi (Bonauli/detikTravel)
Sudah hancur dan tertutup dengan rumput liar. Yang tersisa cuma bagian dasar bangunan. Itulah bangunan Asrama Haji yang sejak zaman Belanda itu (Bonauli/detikTravel)
Bukan cuma asrama, di sini pun terdapat banyak makam para jamaah haji yang meninggal dalam perjalanan haji. Namun kuburannya juga sudah menyatu dengan tanah dan pepohonan (Bonauli/detikTravel)
Fasliitas asrama haji ini terbilang lengkap dulunya. Ini dulunya adalah landasan helikopter di dekat bangunan asrama (Bonauli/detikTravel)
Penampungan air para jamaah haji pun tersedia di atas Pulau Rubiah. Memiliki nasib yang sama, penampungan air ini pun sudah tak berfungsi (Bonauli/detikTravel)
Yang tertinggal hanyalah ruang tampung air yang sangat besar dan kosong. Ular pun senang tinggal di dalam penampungan ini karena tempatnya dingin dan lembab. Kalau mau masuk hati-hati ya (Bonauli/detikTravel)