Foto: Ingat Tahajud di Perbatasan Indonesia-Malaysia

Pos Komando Taktis di Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat menjadi markas personel Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Batalyon Infanteri 131/Braja Sakti (Satgas Pamtas Yonif 131/Brs) (Foto: Rachman Haryanto/detikTravel)
Sehari-harinya mereka tak hanya berpatroli menjaga perbatasan, tapi juga mengajar mengaji di musala Pos Komando Taktis. Musala yang dibangun sendiri oleh para personel tersebut bercat hijau muda dengan jendela dan pintu hijau tua (Foto: Kurnia/detikTravel)
Baik di lorong depan maupun di dekat jendela dan pintu musala banyak papan bertuliskan kalimat pengingat ibadah. Seperti pengingat salat tahajud (Foto: Kurnia/detikTravel)
Ada pula yang bertuliskan 'Tanpa air ikan mati, tanpa zikir hati mati' (Foto: Kurnia/detikTravel)
Kalimat-kalimat ini diharap bisa menjadi pengingat untuk tak hanya giat bekerja saja tapi juga tetap rajin beribadah (Foto: Kurnia/detikTravel)
Papan-papan ini tergantung dengan rapi dan dibuat menarik dengan warna-warni (Foto: Rachman Haryanto/detikTravel)
Dari ujung atas lorong menuju ke musala pun sudah banyak kalimat positif lainnya, seperti 'Bersikap ramah tamah terhadap rakyat' (Foto: Rachman Haryanto/detikTravel)
Nah untuk kelas belajar mengaji, muridnya adalah anak-anak penduduk setempat. Semua gratis, tanpa dipungut biaya, yang penting ada kemauan untuk belajar mengaji (Foto: Rachman Haryanto/detikTravel)
Yang mengajar mengaji adalah para personel sendiri, salah satunya Praka Zulbakri. Ia tampak mengajar dengan memakai seragam loreng dan peci. Murid-muridnya berjumlah belasan dan mengenakan busana Muslim (Foto: Rachman Haryanto/detikTravel)
Pos Komando Taktis di Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat menjadi markas personel Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Batalyon Infanteri 131/Braja Sakti (Satgas Pamtas Yonif 131/Brs) (Foto: Rachman Haryanto/detikTravel)
Sehari-harinya mereka tak hanya berpatroli menjaga perbatasan, tapi juga mengajar mengaji di musala Pos Komando Taktis. Musala yang dibangun sendiri oleh para personel tersebut bercat hijau muda dengan jendela dan pintu hijau tua (Foto: Kurnia/detikTravel)
Baik di lorong depan maupun di dekat jendela dan pintu musala banyak papan bertuliskan kalimat pengingat ibadah. Seperti pengingat salat tahajud (Foto: Kurnia/detikTravel)
Ada pula yang bertuliskan Tanpa air ikan mati, tanpa zikir hati mati (Foto: Kurnia/detikTravel)
Kalimat-kalimat ini diharap bisa menjadi pengingat untuk tak hanya giat bekerja saja tapi juga tetap rajin beribadah (Foto: Kurnia/detikTravel)
Papan-papan ini tergantung dengan rapi dan dibuat menarik dengan warna-warni (Foto: Rachman Haryanto/detikTravel)
Dari ujung atas lorong menuju ke musala pun sudah banyak kalimat positif lainnya, seperti Bersikap ramah tamah terhadap rakyat (Foto: Rachman Haryanto/detikTravel)
Nah untuk kelas belajar mengaji, muridnya adalah anak-anak penduduk setempat. Semua gratis, tanpa dipungut biaya, yang penting ada kemauan untuk belajar mengaji (Foto: Rachman Haryanto/detikTravel)
Yang mengajar mengaji adalah para personel sendiri, salah satunya Praka Zulbakri. Ia tampak mengajar dengan memakai seragam loreng dan peci. Murid-muridnya berjumlah belasan dan mengenakan busana Muslim (Foto: Rachman Haryanto/detikTravel)