Foto: Perempuan Penjaga Makam Leluhur Turki di Aceh

Azimah (45) penjaga makam-makam leluhur Turki di Aceh. Di sana, ada puluhan bahkan ratusan makam yang harus dirawat dan dijaga Azimah bersama suami (Agus Setyadi/detikTravel)
Kompleks makam kuno peninggalan Turki ini terletak berdampingan dengan kompleks makam Teungku di Bitai. Lokasinya, di tengah-tengah perkampungan di Desa Bitai Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh, Aceh (Agus Setyadi/detikTravel)
Makam-makam yang ada di sana sebagian sudah terpasang granit dan sisanya hanya terdapat nisan berbendera Turki. Sebagai penjaga sekaligus juru kunci makam, Azimah bersama suami membersihkannya setiap dua atau tiga hari sekali (Agus Setyadi/detikTravel)
Azimah mengaku berketurunan Turki. Saat detikcom berkunjung ke sana, dia memperlihatkan silsilah keluarga yang ditempel di museum di kompleks makam. Di dalam museum, ada sebuah kapal replika yang dipakai orang-orang Turki saat ke Aceh pada zaman dulu (Agus Setyadi/detikTravel)
Berdasarkan catatan sejarah, orang-orang Turki baik ulama dan pasukan yang dipimpin oleh Muthalib Ghazi bin Mustafa Gaza berangkat ke Aceh dengan beberapa kapal. Muthalib inilah yang kemudian dikenal dengan Teungku di Bitai. Para pasukan yang diutus ini menjadikan Bitai sebagai tempat untuk menyebarkan agama Islam di Tanah Rencong (Agus Setyadi/detikTravel)
Azimah sudah menjadi penjaga makam di Kompleks Situs Makam Tuanku di Bitai ini sejak sebelum tsunami. Kala itu, ayahnya mulai sakit-sakitan dan sudah tua. Sebagai perempuan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga, Azimah mendapat wasiat dan amanah dari orangtuanya untuk meneruskan pengabdian menjadi penjaga makam (Agus Setyadi/detikTravel)
Azimah (45) penjaga makam-makam leluhur Turki di Aceh. Di sana, ada puluhan bahkan ratusan makam yang harus dirawat dan dijaga Azimah bersama suami (Agus Setyadi/detikTravel)
Kompleks makam kuno peninggalan Turki ini terletak berdampingan dengan kompleks makam Teungku di Bitai. Lokasinya, di tengah-tengah perkampungan di Desa Bitai Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh, Aceh (Agus Setyadi/detikTravel)
Makam-makam yang ada di sana sebagian sudah terpasang granit dan sisanya hanya terdapat nisan berbendera Turki. Sebagai penjaga sekaligus juru kunci makam, Azimah bersama suami membersihkannya setiap dua atau tiga hari sekali (Agus Setyadi/detikTravel)
Azimah mengaku berketurunan Turki. Saat detikcom berkunjung ke sana, dia memperlihatkan silsilah keluarga yang ditempel di museum di kompleks makam. Di dalam museum, ada sebuah kapal replika yang dipakai orang-orang Turki saat ke Aceh pada zaman dulu (Agus Setyadi/detikTravel)
Berdasarkan catatan sejarah, orang-orang Turki baik ulama dan pasukan yang dipimpin oleh Muthalib Ghazi bin Mustafa Gaza berangkat ke Aceh dengan beberapa kapal. Muthalib inilah yang kemudian dikenal dengan Teungku di Bitai. Para pasukan yang diutus ini menjadikan Bitai sebagai tempat untuk menyebarkan agama Islam di Tanah Rencong (Agus Setyadi/detikTravel)
Azimah sudah menjadi penjaga makam di Kompleks Situs Makam Tuanku di Bitai ini sejak sebelum tsunami. Kala itu, ayahnya mulai sakit-sakitan dan sudah tua. Sebagai perempuan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga, Azimah mendapat wasiat dan amanah dari orangtuanya untuk meneruskan pengabdian menjadi penjaga makam (Agus Setyadi/detikTravel)