Pintu gerbang Kuil Hozenji ini tersembunyi di balik hingar bingar kawasan belanja Dotonbori, Kota Osaka. Traveler pasti tidak akan menyangka bahwa di balik gerbang ini ada kuil Buddha yang sangat bersejarah, yaitu Kuil Hozenji. (Wahyu/detikTravel)
Di kuil ini, warga lokal Jepang beribadah. Mereka berdoa di depan Fudo Myo-o, salah satu dari Five Wisdom Buddhas yang mereka percayai. Ritual ini sudah berlangsung selama ratusan tahun. (Wahyu/detikTravel)
Yang unik dan jadi daya tarik dari kuil ini adalah Patung Fudo Myo-o yang diselimuti oleh lumut berwarna hijau. Patung ini diselimuti lumut karena ritual yang berakar pada satu cerita. (Wahyu/detikTravel)
Alkisah, dulu ada seorang wanita mengaku permintaannya terkabul setelah menyiram air ke patung Fudo Myoo. Lambat laun, ritual ini ditiru oleh warga lainnya (Wahyu/detikTravel)
Jadilah patung ini lembab dan ditumbuhi lumut karena disiram dengan air setiap hari. Patung ini juga dikenal sebagai 'Mizukake Fudo' alias Patung Fudo yang diperciki air. (Wahyu/detikTravel)
Air yang digunakan untuk menyiram patung Fudo Myoo berasal dari sumber mata air ini. Selain digunakan untuk menyiram patung, air ini juga digunakan oleh warga untuk wudlu (bersuci) sebelum berdoa (Wahyu/detikTravel)
Setiap hari pengunjung datang silih berganti untuk berdoa di depan Mizukake Fudo. Mereka berharap doanya bisa terkabul (Wahyu/detikTravel)
Salah satu sudut di Kuil Hozenji. Kuil ini pertama kali dibangun pada tahun 1637. Jika dihitung-hitung, usianya sudah 380 tahun atau hampir 4 abad (Wahyu/detikTravel)
Di salah satu sudut kuil ini dihiasi banyak ornamen menarik. Salah satunya berupa relief sang Buddha (Wahyu/detikTravel)
Lokasi Kuil Hozenji berada di 1 Chome-2-16 Nanba, sekitar 10 menit berjalan kaki dari Stasiun Kereta Nanba. (Wahyu/detikTravel)
Di kuil ini kita juga bisa menuliskan permohonan doa di atas papan kayu. Ada yang meminta kesehatan, jodoh, hingga kelancaran bisnis (Wahyu/detikTravel)
Kuil Hozenji bisa jadi tujuan kalau traveler liburan ke Osaka. Jadi tak hanya wisata belanja saja, tetapi belajar budaya juga (Wahyu/detikTravel)