Foto: Gadis-gadis Cantik Bermahkota Bunga dari Indramayu

Inilah Tradisi Ngarot dari Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Gadis-gadis muda berdandan cantik dengan bermahkotakan hiasan bunga yang menawan. (Sudirman/detikTravel)
Sedari pagi, anak gadis di Desa Lalea sudah berdandan. Di bagian rambut mereka, berhiaskan bunga Kenanga. Pemandangan ini akan tersaji setiap kali Tradisi Ngarot digelar. (Sudirman/detikTravel)
Bunga-bunga berwarna-warni turut disematkan di atas para gadis belia ini. Setiap tahun tak kurang 85 orang gadis terlibat dan ikut serta dalam tradisi ini. (Sudirman/detikTravel)
Sambil mengaca, gadis ini memperhatikan betul apakah sudah terlihat cantik atau belum riasannya. Gimana, traveler sudah cantik belum? (Sudirman/detikTravel)
Tradisi Ngarot jadi tradisi tahunan yang digelar masyarakat Desa Lalea. Tradisi ini untuk mensyukuri hasil panen yang melimpah. Mereka sudah duduk siap di kediaman Kepala Desa Lalea. (Sudirman/detikTravel)
Anak gadis yang sudah berdandan cantik ini akan diarak keliling desa. Tapi sebelum diarak, selfie dulu dong... (Sudirman/detikTravel)
Gadis-gadis cantik ini akan diarak dari kediaman Kepala Desa Lalea menuju ke Balai Desa. Dalam rombongan arak-arakan ini, para gadis cantik akan ditemani oleh pemuda setempat yang mengenakan busana Sunda berwarna hitam. (Sudirman/detikTravel)
Dari tahun ke tahun tradisi ini dilaksanakan, yang membedakan hanyalah warna kebaya yang dipakai oleh para gadis-gadis ini. Tahun ini, warna kebayanya adalah putih. Warna kebaya ini ditetapkan oleh pihak desa. (Sudirman/detikTravel)
Setidaknya ratusan ribu rupiah uang dikeluarkan dari kocek pribadi untuk merias gadis-gadis ini. Tapi itu tak jadi soal, karena ini adalah soal melestarikan tradisi. (Sudirman/detikTravel)
Para anak gadis ini juga senang-senang saja ikut Tradisi Ngarot. Soalnya, mereka dapat uang dari keluarga dan saudara yang bisa mereka gunakan untuk membeli baju. (Sudirman/detikTravel)
Gadis-gadis cantik ini berdandan sejak pukul 05.00 dan selesai sekitar pukul 07.30 WIB. Pukul 09.00, gadis-gadis ini mulai diarak. Jarak tempuhnya sekitar 2 Kilometer. (Sudirman/detikTravel)
Sesampainya di Balai Desa Lalea, tradisi Ngarot mulai masuk ke dalam prosesi selanjutnya yaitu pemberian secara simbolis peralatan untuk bercocok tanam. (Sudirman/detikTravel)
Tradisi Ngarot dimulai dari sejak tahun 1648. Saat itu, Tradisi Ngarot diinisiasi oleh Buyut Kaprol, Kepala Desa Lalea yang kedua. (Sudirman/detikTravel)
Buyut Kapol diceritakan memiliki harta yang berlimpah. Bahkan peninggalannya dijadikan tanah adat desa. Dari hasil bercocok tanam di tanah milik Buyut Kapol digunakan untuk syukuran para pemuda Lelea. (Sudirman/detikTravel)
Pasca Buyut Kapol lengser, beliau menitipkan agar Ngarot terus dilakukan. Ngarot tidak boleh punah. Tanah adat milik Buyut Kapol pun dijadikan acuan berhasil tidaknya panen di desa. (Sudirman/detikTravel)
Kalau hasil panen di tanah adat itu jelek, maka semuanya jelek. Kalau bagus, semuanya bagus. Tradisi Ngarot ini pun akan tetap terus dilestarikan di Desa Lalea, Indramayu. (Sudirman/detikTravel)
Inilah Tradisi Ngarot dari Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Gadis-gadis muda berdandan cantik dengan bermahkotakan hiasan bunga yang menawan. (Sudirman/detikTravel)
Sedari pagi, anak gadis di Desa Lalea sudah berdandan. Di bagian rambut mereka, berhiaskan bunga Kenanga. Pemandangan ini akan tersaji setiap kali Tradisi Ngarot digelar. (Sudirman/detikTravel)
Bunga-bunga berwarna-warni turut disematkan di atas para gadis belia ini. Setiap tahun tak kurang 85 orang gadis terlibat dan ikut serta dalam tradisi ini. (Sudirman/detikTravel)
Sambil mengaca, gadis ini memperhatikan betul apakah sudah terlihat cantik atau belum riasannya. Gimana, traveler sudah cantik belum? (Sudirman/detikTravel)
Tradisi Ngarot jadi tradisi tahunan yang digelar masyarakat Desa Lalea. Tradisi ini untuk mensyukuri hasil panen yang melimpah. Mereka sudah duduk siap di kediaman Kepala Desa Lalea. (Sudirman/detikTravel)
Anak gadis yang sudah berdandan cantik ini akan diarak keliling desa. Tapi sebelum diarak, selfie dulu dong... (Sudirman/detikTravel)
Gadis-gadis cantik ini akan diarak dari kediaman Kepala Desa Lalea menuju ke Balai Desa. Dalam rombongan arak-arakan ini, para gadis cantik akan ditemani oleh pemuda setempat yang mengenakan busana Sunda berwarna hitam. (Sudirman/detikTravel)
Dari tahun ke tahun tradisi ini dilaksanakan, yang membedakan hanyalah warna kebaya yang dipakai oleh para gadis-gadis ini. Tahun ini, warna kebayanya adalah putih. Warna kebaya ini ditetapkan oleh pihak desa. (Sudirman/detikTravel)
Setidaknya ratusan ribu rupiah uang dikeluarkan dari kocek pribadi untuk merias gadis-gadis ini. Tapi itu tak jadi soal, karena ini adalah soal melestarikan tradisi. (Sudirman/detikTravel)
Para anak gadis ini juga senang-senang saja ikut Tradisi Ngarot. Soalnya, mereka dapat uang dari keluarga dan saudara yang bisa mereka gunakan untuk membeli baju. (Sudirman/detikTravel)
Gadis-gadis cantik ini berdandan sejak pukul 05.00 dan selesai sekitar pukul 07.30 WIB. Pukul 09.00, gadis-gadis ini mulai diarak. Jarak tempuhnya sekitar 2 Kilometer. (Sudirman/detikTravel)
Sesampainya di Balai Desa Lalea, tradisi Ngarot mulai masuk ke dalam prosesi selanjutnya yaitu pemberian secara simbolis peralatan untuk bercocok tanam. (Sudirman/detikTravel)
Tradisi Ngarot dimulai dari sejak tahun 1648. Saat itu, Tradisi Ngarot diinisiasi oleh Buyut Kaprol, Kepala Desa Lalea yang kedua. (Sudirman/detikTravel)
Buyut Kapol diceritakan memiliki harta yang berlimpah. Bahkan peninggalannya dijadikan tanah adat desa. Dari hasil bercocok tanam di tanah milik Buyut Kapol digunakan untuk syukuran para pemuda Lelea. (Sudirman/detikTravel)
Pasca Buyut Kapol lengser, beliau menitipkan agar Ngarot terus dilakukan. Ngarot tidak boleh punah. Tanah adat milik Buyut Kapol pun dijadikan acuan berhasil tidaknya panen di desa. (Sudirman/detikTravel)
Kalau hasil panen di tanah adat itu jelek, maka semuanya jelek. Kalau bagus, semuanya bagus. Tradisi Ngarot ini pun akan tetap terus dilestarikan di Desa Lalea, Indramayu. (Sudirman/detikTravel)