Foto: Jalur Kereta yang Cantik Tapi Mati di Jawa Barat

Inilah jalur kereta api yang mati di Kabupaten Pangandaran. detikTravel telah menyusurinya, cantik! (Tri Ispranoto/detikTravel)
Dulu warga yang ingin bepergian dari dan menuju Pangandaran bisa menggunakan kereta api mulai dari Stasiun Banjar, Kota Banjar dan berakhir di Stasiun Cijulang, Kabupaten Pangandaran dengan jarak tempuh sekitar 82,2 KM (Tri Ispranoto/detikTravel)
Diawali dari peninggalan yang masih ada di Stasiun Banjar yang merupakan titik awal keberangkatan, di tempat ini jalur kereta api akan terbelah yakni arah barat menuju Bandung atau berbelok ke selatan menuju Pangandaran (Tri Ispranoto/detikTravel)
Jalur yang dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda melalui Staatsspoorwegen (SS) ini mulai beroperasi pada 15 Desember 1916 sampai 1 Februari 1982. Biaya pembuatan hingga 9.583.421 Gulden (mata uang Belanda) (Tri Ispranoto/detikTravel)
Jalur awal keberangkatan kereta api menuju Pangandaran kini sudah tidak lagi tersisa karena tertutup oleh perluasan stasiun seperti menjadi taman. Meski begitu jejak peninggalan masih bisa terlihat dari keberadaan Dipo dan menara air yang dikhususkan untuk kereta api menuju Pangandaran (Tri Ispranoto/detikTravel)
Pada titik awal keberangkatan kereta akan melewati Terowongan Philip yang berada di Kampung Pagak, Kota Banjar. Terus menuju selatan jejak kereta masih bisa terlihat dari Viaduct Cikotok yang masih terlihat jika berkendara via arteri Banjar-Pangandaran (Tri Ispranoto/detikTravel)
Inilah Jembatan Cipamotan atau Cikacepit yang memanjang sekitar 290 meter menghubungkan satu bukit ke bukit lainnya (Tri Ispranoto/detikTravel)
Jembatan Cipamotan yang hijau ini sangat memanjakan mata bila jalur kereta api Pangandaran dihidupkan kembali (Tri Ispranoto/detikTravel)
Di antara dua stasiun tersebut terdapat tiga terowongan yang memiliki keunikan masing-masing. Seperti Terowongan Hendrik yang kini berfungsi sebagai akses keluar masuk warga Desa Pamotan dan Terowongan Wilhelmina yang merupakan terowongan terpanjang di Indonesia dengan panjang 1,116 KM (Tri Ispranoto/detikTravel)
Tepat di daerah Banjarsari, masih terdapat Stasiun Banjarsari yang masih berdiri. Meski terlihat kokoh namun kebedaraannya yang tertutup kios dan kebun warga membuatnya tidak terawat dan hanya menyisakan pintu bagian gudang dan pintu menuju loket (Tri Ispranoto/detikTravel)
Kembali ke arah selatan jejak masih bisa terlihat dari keberadaan Stasiun Kalipucang yang lagi-lagi tinggal tersisa bangunan. Jejak rel yang menjadi jalur kereta api sudah tidak lagi terlihat karena tertutup oleh bangunan warga dan sebagian lainnya konon telah hilang dicuri (Tri Ispranoto/detikTravel)
Pantai di Pangandaran yang berbatasan langsung jalur kereta lawasnya (Tri Ispranoto/detikTravel)
Pembina Yayasan Kereta Anak Bangsa (YKAB) Aditya Dwi Laksana mengatakan pada zamannya kereta Banjar-Pangandaran- Cijulang dibangun untuk mengangkut hasil pertanian dan perkebunan seperti padi, kopra, coklat, kopi hingga karet (Tri Ispranoto/detikTravel)
Jembatan Cipanerekean yang membentang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. Jejak peninggalan di Stasiun Pangandaran bisa dibilang paling utuh (Tri Ispranoto/detikTravel)
Sebagai jejak terakhir masa kejayaan kereta api Banjar-Pangandaran, struktur bangunan gaya Belanda masih bisa terlihat jelas meski sebagian lainnya sudah beralih fungsi seperti menjadi lapangan hingga menjadi kandang hewan warga (Tri Ispranoto/detikTravel)
Dalam rencana induk perkeretaapian disebutkan jika nantinya bagian selatan Jabar akan tersambung dengan jalur kereta api mulai dari Banjar-Pangandaran-Cijulang kemudian Tasikmalaya-Singaparna, CIbatu-Garut-Cikajang, Dayeuhkolot-Ciparay-Majalaya, Bandung-Soreang-Ciwidey hingga nantinya terus memanjang ke arah Sukabumi dan ujung Provinsi Banten (Tri Ispranoto/detikTravel)