Perjuangan Menapaki Gunung Tertinggi Kedua di Pulau Jawa

Inilah cerita pendakian Gunung Slamet, gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa. Pendakian dimulai dari Jalur Guci (Muhammad Idris/detikTravel)
Selama ini, Guci lebih terkenal sebagai tempat wisata pemandian air panas, bukan  sebagai jalur pendakian. Tapi itu bukan halangan. Dari Guci, jalur pendakian ke puncak lokasinya melewati akses menuju air terjun. (Muhammad Idris/detikTravel)
Jalan berbatu dan persawahan jadi etape pertama yang menyambut pendaki. Setelah itu, baru masuk hutan. Hutan di sepanjang jalur ini sangat homogen. (Muhammad Idris/detikTravel)
Trek berpasir selepas pos lima menuju puncak adalah sesi paling sulit. Di titik inilah vegetasi berganti ddengan lautan pasir hingga menuju ke puncak. (Muhammad Idris/detikTravel)
Bagi pendaki berpengalaman sekalipun, trek pasir di pucuk Gunung Slamet tak bisa disepelekan. Jalurnya yang curam, dengan minimnya batu yang bisa dijadikan pijakan, membuat pendaki terpaksa harus beberapa kali harus merayap. (Muhammad Idris/detikTravel)
Perjalanan panjang penuh resiko akan terbayar dengan keindahan kaldera yang tinggi menjulang membentuk mangkuk kawah di bawahnya. Asap belerang tampak keluar dari kawah ini. (Muhammad Idris/detikTravel)
Butuh setidaknya 2 hingga 5 jam perjalanan hanya untuk melewati lautan pasir untuk sampai ke puncak. Setelah di puncak, jangan lama-lama ya! Mengingat kuat dan dinginnya terpaan angin bisa membuat hipotermia. (Muhammad Idris/detikTravel)
Jika cuaca sedang cerah, pendaki bisa melihat dengan jelas Gunung Ciremai di Barat. Pemandangannya sungguh aduhai! (Muhammad Idris/detikTravel)
Mendaki gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa ini memberikan pengalaman baru untuk traveler. Gunung itu bukan untuk ditaklukkan, tetapi sebagai pengingat akan kebesaran Tuhan. (Muhammad Idris/detikTravel)
Dari puncak Gunung Slamet, penulis dan pendaki lainnya bisa menikmati suasana negeri di atas awan, dengan gumpalan kumulonimbus yang berjejeran bak permadani menutup daratan di bawahnya. Indah! (Muhammad Idris/detikTravel)
Inilah cerita pendakian Gunung Slamet, gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa. Pendakian dimulai dari Jalur Guci (Muhammad Idris/detikTravel)
Selama ini, Guci lebih terkenal sebagai tempat wisata pemandian air panas, bukan  sebagai jalur pendakian. Tapi itu bukan halangan. Dari Guci, jalur pendakian ke puncak lokasinya melewati akses menuju air terjun. (Muhammad Idris/detikTravel)
Jalan berbatu dan persawahan jadi etape pertama yang menyambut pendaki. Setelah itu, baru masuk hutan. Hutan di sepanjang jalur ini sangat homogen. (Muhammad Idris/detikTravel)
Trek berpasir selepas pos lima menuju puncak adalah sesi paling sulit. Di titik inilah vegetasi berganti ddengan lautan pasir hingga menuju ke puncak. (Muhammad Idris/detikTravel)
Bagi pendaki berpengalaman sekalipun, trek pasir di pucuk Gunung Slamet tak bisa disepelekan. Jalurnya yang curam, dengan minimnya batu yang bisa dijadikan pijakan, membuat pendaki terpaksa harus beberapa kali harus merayap. (Muhammad Idris/detikTravel)
Perjalanan panjang penuh resiko akan terbayar dengan keindahan kaldera yang tinggi menjulang membentuk mangkuk kawah di bawahnya. Asap belerang tampak keluar dari kawah ini. (Muhammad Idris/detikTravel)
Butuh setidaknya 2 hingga 5 jam perjalanan hanya untuk melewati lautan pasir untuk sampai ke puncak. Setelah di puncak, jangan lama-lama ya! Mengingat kuat dan dinginnya terpaan angin bisa membuat hipotermia. (Muhammad Idris/detikTravel)
Jika cuaca sedang cerah, pendaki bisa melihat dengan jelas Gunung Ciremai di Barat. Pemandangannya sungguh aduhai! (Muhammad Idris/detikTravel)
Mendaki gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa ini memberikan pengalaman baru untuk traveler. Gunung itu bukan untuk ditaklukkan, tetapi sebagai pengingat akan kebesaran Tuhan. (Muhammad Idris/detikTravel)
Dari puncak Gunung Slamet, penulis dan pendaki lainnya bisa menikmati suasana negeri di atas awan, dengan gumpalan kumulonimbus yang berjejeran bak permadani menutup daratan di bawahnya. Indah! (Muhammad Idris/detikTravel)