Potret Museum Kematian di Surabaya, Kalau Takut Jangan Lihat

Adalah Museum Kematian, terletak di kampus B Universitas Airlangga (Unair) Surabaya yang sukses membuat merinding para pengunjungnya (Hilda Meilisa Rinanda/detikTravel)

Konsep dan suasana di dalam museum yang seakan memberikan kesan pengunjung tengah berada di sebuah makam. Suasana ini lengkap dengan semerbak bau dupa dan suara jangkrik yang sengaja ditambahkan oleh pengelola (Hilda Meilisa Rinanda/detikTravel)

Dengan adanya museum ini, mahasiswa bisa memahami bagaimana tubuh manusia saat meninggal nanti. Sebab menurutnya, kematian bukanlah sesuatu yang harus ditakuti. Namun jika dipelajari, kematian bisa dihadapi dengan lebih ilmiah (Hilda Meilisa Rinanda/detikTravel)

Nama lengkapnya Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian. Pengunjung disuguhkan berbagai replika makam dan proses pemakaman yang ada di Indonesia, semisal makam Trunyan di Bali, kuburan bayi di Toraja atau makam Belanda (Hilda Meilisa Rinanda/detikTravel)

Pengunjung mengaku awalnya cukup takut. Terlebih pengelola mewajibkan setiap pengunjung menjelajahi seisi museum hingga rampung (Hilda Meilisa Rinanda/detikTravel)

Walau terlihat kecil tapi menipu, pintu keluarnya bukan di depannya pintu masuk. Di dalamnya luas dan terdapat materi-materi yang nggak seperti kita bayangkan, seperti tanah asli dan mayat yang mendekati asli (Hilda Meilisa Rinanda/detikTravel)

Kendati bertemakan kematian, pengurus museum mengatakan selama ini ia tak pernah melihat dan mendengar kejadian seram. Tapi, cerita sejumlah pengunjung yang memiliki indera keenam mengaku bisa merasakan dan mendengar suara dari alam lain (Hilda Meilisa Rinanda/detikTravel)

Tujuan utama didirikannya museum yang dikelola oleh Departemen Antropologi Unair itu adalah untuk mempelajari tentang budaya memakamkan jenazah yang ada di Indonesia yang memang sangat beragam (Hilda Meilisa Rinanda/detikTravel)

Adalah Museum Kematian, terletak di kampus B Universitas Airlangga (Unair) Surabaya yang sukses membuat merinding para pengunjungnya (Hilda Meilisa Rinanda/detikTravel)
Konsep dan suasana di dalam museum yang seakan memberikan kesan pengunjung tengah berada di sebuah makam. Suasana ini lengkap dengan semerbak bau dupa dan suara jangkrik yang sengaja ditambahkan oleh pengelola (Hilda Meilisa Rinanda/detikTravel)
Dengan adanya museum ini, mahasiswa bisa memahami bagaimana tubuh manusia saat meninggal nanti. Sebab menurutnya, kematian bukanlah sesuatu yang harus ditakuti. Namun jika dipelajari, kematian bisa dihadapi dengan lebih ilmiah (Hilda Meilisa Rinanda/detikTravel)
Nama lengkapnya Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian. Pengunjung disuguhkan berbagai replika makam dan proses pemakaman yang ada di Indonesia, semisal makam Trunyan di Bali, kuburan bayi di Toraja atau makam Belanda (Hilda Meilisa Rinanda/detikTravel)
Pengunjung mengaku awalnya cukup takut. Terlebih pengelola mewajibkan setiap pengunjung menjelajahi seisi museum hingga rampung (Hilda Meilisa Rinanda/detikTravel)
Walau terlihat kecil tapi menipu, pintu keluarnya bukan di depannya pintu masuk. Di dalamnya luas dan terdapat materi-materi yang nggak seperti kita bayangkan, seperti tanah asli dan mayat yang mendekati asli (Hilda Meilisa Rinanda/detikTravel)
Kendati bertemakan kematian, pengurus museum mengatakan selama ini ia tak pernah melihat dan mendengar kejadian seram. Tapi, cerita sejumlah pengunjung yang memiliki indera keenam mengaku bisa merasakan dan mendengar suara dari alam lain (Hilda Meilisa Rinanda/detikTravel)
Tujuan utama didirikannya museum yang dikelola oleh Departemen Antropologi Unair itu adalah untuk mempelajari tentang budaya memakamkan jenazah yang ada di Indonesia yang memang sangat beragam (Hilda Meilisa Rinanda/detikTravel)