Foto: Perang Pakai Ketupat di Lombok

Inilah Perang Topat merupakan ritual tradisi unik masyarakat di Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, NTB (dok Pemkab Lombok Barat)
Topat memiliki arti Ketupat. Acara ini bermakna membawa misi perdamaian dalam keberagaman budaya dan kepercayaan (dok Pemkab Lombok Barat)
Perang Topat juga memiliki makna ingin menguatkan tali persaudaraan serta hubungan silaturahmi warga berbagai latar belakang, khususnya masyarakat beragama Hindu dengan masyarakat Islam (dok Pemkab Lombok Barat)
Bukan cuma unsur pemersatu kepercayaan, tetapi masyarakat setempat juga Topat percaya Perang adalah wujud rasa syukur dalam bentuk kesuburan tanah, cucuran air hujan dan hasil pertanian yang melimpah (dok Pemkab Lombok Barat)
Ritual diawali dengan upacara persembahyangan di tempat pemujaan masing-masing (Hindu dan Islam Wetu Telu). Kemudian mereka ke halaman yang dilanjutkan dengan adegan saling melempar menggunakan ketupat antara para peserta upacara (dok Pemkab Lombok Barat)
Biasanya upacara sakral ini dilaksanakan setiap tahun pada bulan Purnama Sasih ke Pituq menurut kalender Sasak atau jatuh sekitar bulan November dan Desember (dok Pemkab Lombok Barat)
Perang Topat ini juga dilaksanakan setelah selesainya Pedande Mapuje, yaitu ketika roroq kembang waru atau di saat bergugurannya kembang waru sekitar pukul 5 sore (dok Pemkab Lombok Barat)
Ritual ini juga mengajak peserta untuk saling melempar topat (ketupat) antara peserta yang satu dengan yang lainnya secara beramai-ramai. Penasaran mau ikutan? (dok Pemkab Lombok Barat)
Inilah Perang Topat merupakan ritual tradisi unik masyarakat di Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, NTB (dok Pemkab Lombok Barat)
Topat memiliki arti Ketupat. Acara ini bermakna membawa misi perdamaian dalam keberagaman budaya dan kepercayaan (dok Pemkab Lombok Barat)
Perang Topat juga memiliki makna ingin menguatkan tali persaudaraan serta hubungan silaturahmi warga berbagai latar belakang, khususnya masyarakat beragama Hindu dengan masyarakat Islam (dok Pemkab Lombok Barat)
Bukan cuma unsur pemersatu kepercayaan, tetapi masyarakat setempat juga Topat percaya Perang adalah wujud rasa syukur dalam bentuk kesuburan tanah, cucuran air hujan dan hasil pertanian yang melimpah (dok Pemkab Lombok Barat)
Ritual diawali dengan upacara persembahyangan di tempat pemujaan masing-masing (Hindu dan Islam Wetu Telu). Kemudian mereka ke halaman yang dilanjutkan dengan adegan saling melempar menggunakan ketupat antara para peserta upacara (dok Pemkab Lombok Barat)
Biasanya upacara sakral ini dilaksanakan setiap tahun pada bulan Purnama Sasih ke Pituq menurut kalender Sasak atau jatuh sekitar bulan November dan Desember (dok Pemkab Lombok Barat)
Perang Topat ini juga dilaksanakan setelah selesainya Pedande Mapuje, yaitu ketika roroq kembang waru atau di saat bergugurannya kembang waru sekitar pukul 5 sore (dok Pemkab Lombok Barat)
Ritual ini juga mengajak peserta untuk saling melempar topat (ketupat) antara peserta yang satu dengan yang lainnya secara beramai-ramai. Penasaran mau ikutan? (dok Pemkab Lombok Barat)