Potret Kampung yang Diselamatkan dengan Mural

Huang Yung-fu tinggal di Kota Taichung, Taiwan. Dia tentara veteran. Pukul 04.00 waktu setempat, ia yang berusia 96 tahun melukis sendirian dalam kegelapan (Eliot Stein/BBC Travel)
Setiap fajar, Huang Yung-fu membungkuk di bangku selama tiga jam melukis dinding, trotoar dan jendela dengan mural lucu berwarna-warni (Eliot Stein/BBC Travel)
Ia memulai lukisan muralnya beberapa tahun lalu dengan gambar berupa satu burung di dinding kamar Huang lalu berkembang menjadi puluhan ribu ilustrasi (Eliot Stein/BBC Travel)
Hidup Huang kini adalah seniman otodidak. Ia bergeming dari pembongkaran rumahnya oleh pemerintah dengan melukis (Eliot Stein/BBC Travel)
Pemerintah ingin menggusur tempat itu, namun Huang bergeming. Ia menyebut di desa itu adalah tempat rumah asli yang berasal dari Taiwan, lalu ia mulai melukisnya (Eliot Stein/BBC Travel)
Mengenal Huang, ia lahir di Guangzhou, China. Pada tahun 1937, ia meninggalkan rumah sebagai tentara di Perang Sino-Jepang saat berusia 15 tahun (Eliot Stein/BBC Travel)
Tempat ini diebut Rainbow Village, sudah lebih dari satu juta turis mengunjunginya. Desa ini memiliki seniman musiman dan satu-satunya penduduk tetap, yakni 'Kakek Pelangi' (Eliot Stein/BBC Travel)
Pada tahun 2008, pengembang telah mengambil semua lahan dari dan tersisa 11 rumah pemukiman asli saja. Huang tidak punya tempat untuk pergi (Eliot Stein/BBC Travel)
Suatu malam di tahun 2010, seorang mahasiswa dari Universitas Ling Tung mendekatinya. Melihat ia berjuang sendiri melawan buldoser pemerintah (Eliot Stein/BBC Travel)
Setelah memotret beberapa gambar, mahasiswa ini memulai kampanye penggalangan dana untuk membeli sebanyak mungkin cat untuk Huang. Upaya itu berhasil menyelamatkannya (Eliot Stein/BBC Travel)
Huang Yung-fu tinggal di Kota Taichung, Taiwan. Dia tentara veteran. Pukul 04.00 waktu setempat, ia yang berusia 96 tahun melukis sendirian dalam kegelapan (Eliot Stein/BBC Travel)
Setiap fajar, Huang Yung-fu membungkuk di bangku selama tiga jam melukis dinding, trotoar dan jendela dengan mural lucu berwarna-warni (Eliot Stein/BBC Travel)
Ia memulai lukisan muralnya beberapa tahun lalu dengan gambar berupa satu burung di dinding kamar Huang lalu berkembang menjadi puluhan ribu ilustrasi (Eliot Stein/BBC Travel)
Hidup Huang kini adalah seniman otodidak. Ia bergeming dari pembongkaran rumahnya oleh pemerintah dengan melukis (Eliot Stein/BBC Travel)
Pemerintah ingin menggusur tempat itu, namun Huang bergeming. Ia menyebut di desa itu adalah tempat rumah asli yang berasal dari Taiwan, lalu ia mulai melukisnya (Eliot Stein/BBC Travel)
Mengenal Huang, ia lahir di Guangzhou, China. Pada tahun 1937, ia meninggalkan rumah sebagai tentara di Perang Sino-Jepang saat berusia 15 tahun (Eliot Stein/BBC Travel)
Tempat ini diebut Rainbow Village, sudah lebih dari satu juta turis mengunjunginya. Desa ini memiliki seniman musiman dan satu-satunya penduduk tetap, yakni Kakek Pelangi (Eliot Stein/BBC Travel)
Pada tahun 2008, pengembang telah mengambil semua lahan dari dan tersisa 11 rumah pemukiman asli saja. Huang tidak punya tempat untuk pergi (Eliot Stein/BBC Travel)
Suatu malam di tahun 2010, seorang mahasiswa dari Universitas Ling Tung mendekatinya. Melihat ia berjuang sendiri melawan buldoser pemerintah (Eliot Stein/BBC Travel)
Setelah memotret beberapa gambar, mahasiswa ini memulai kampanye penggalangan dana untuk membeli sebanyak mungkin cat untuk Huang. Upaya itu berhasil menyelamatkannya (Eliot Stein/BBC Travel)