Foto: Sampah yang Jadi Berkah di Maros

Inilah karya seni yang dihasilkan seniman dari Maros, Sulawesi Selatan bernama Alimin Assegaf. Alimin mengubah benda-benda tak bermakna di sekitarnya jadi sebuah karya seni yang indah. (Bakrie/detikTravel)
Alimin mengubah benda-benda seperti akar pohon, tegel pecah, kabel telepon, hingga arang bekas menjadi sebuah karya seni abstrak yang bernilai tinggi. (Bakrie/detikTravel)
Untuk membuat karya seni, Alimin lebih dulu mencari ide dan tema yang akan ia buat. Beradasarkan tema itu, ia lalu mengumpulkan barang-barang bekas yang akan ia rangkai menjadi satu karya. (Bakrie/detikTravel)
Misal temanya soal putus cinta, Alimin lalu mencari bahan yang bisa merepresentasikan makna putus cinta itu. Bahan itu lalu dirangkai jadi satu dengan pemilihan posisi yang tepat. (Bakrie/detikTravel)
Soal harga, Alimin tidak pernah mematok khusus, tergantung selera pembeli karyanya. Baginya, karya seni tidak boleh tersandera dengan nilai nominal saja, tapi lebih pada kepuasan penikmatnya. (Bakrie/detikTravel)
Alimin juga tengah fokus untuk pengembangan kerajinan tangan khas Maros. Ke depannya, ia akan membuat kerajinan ini secara massal untuk dijadikan souvenir di tempat wisata karst Rammang-Rammang. (Bakrie/detikTravel)
Alimin berharap, dia bisa mengembangkan kerajinan tangan di daerahnya. Selain untuk menciptakan lapangan kerja baru bagi anak-anak muda, pemanfaatan barang bekas ini juga sebagai kampanye lingkungan hidup. (Bakrie/detikTravel)
Menurutnya, Maros sangat potensial karena industri pariwisatanya mulai bangkit. Tentu ini bisa jadi lapangan kerja baru dan ikut berkampanye soal kelestarian lingkungan. (Bakrie/detikTravel)
Inilah karya seni yang dihasilkan seniman dari Maros, Sulawesi Selatan bernama Alimin Assegaf. Alimin mengubah benda-benda tak bermakna di sekitarnya jadi sebuah karya seni yang indah. (Bakrie/detikTravel)
Alimin mengubah benda-benda seperti akar pohon, tegel pecah, kabel telepon, hingga arang bekas menjadi sebuah karya seni abstrak yang bernilai tinggi. (Bakrie/detikTravel)
Untuk membuat karya seni, Alimin lebih dulu mencari ide dan tema yang akan ia buat. Beradasarkan tema itu, ia lalu mengumpulkan barang-barang bekas yang akan ia rangkai menjadi satu karya. (Bakrie/detikTravel)
Misal temanya soal putus cinta, Alimin lalu mencari bahan yang bisa merepresentasikan makna putus cinta itu. Bahan itu lalu dirangkai jadi satu dengan pemilihan posisi yang tepat. (Bakrie/detikTravel)
Soal harga, Alimin tidak pernah mematok khusus, tergantung selera pembeli karyanya. Baginya, karya seni tidak boleh tersandera dengan nilai nominal saja, tapi lebih pada kepuasan penikmatnya. (Bakrie/detikTravel)
Alimin juga tengah fokus untuk pengembangan kerajinan tangan khas Maros. Ke depannya, ia akan membuat kerajinan ini secara massal untuk dijadikan souvenir di tempat wisata karst Rammang-Rammang. (Bakrie/detikTravel)
Alimin berharap, dia bisa mengembangkan kerajinan tangan di daerahnya. Selain untuk menciptakan lapangan kerja baru bagi anak-anak muda, pemanfaatan barang bekas ini juga sebagai kampanye lingkungan hidup. (Bakrie/detikTravel)
Menurutnya, Maros sangat potensial karena industri pariwisatanya mulai bangkit. Tentu ini bisa jadi lapangan kerja baru dan ikut berkampanye soal kelestarian lingkungan. (Bakrie/detikTravel)