Berada di tengah hutan, Pasar Lodra Jaya berbeda dari pasar umumnya. Pasar yang dikelola Generasi Pesona Indonesia (GenPi) Banjarnegara ini langsung membawa suasana tempo dulu (Uje Hartono/detikTravel)
Bangunan yang menggunakan bambu, piring dari bathok kelapa, hingga gelas dari bambu. Kulinernya pun tidak biasa (Uje Hartono/detikTravel)
Di Pasar Lodra Jaya pengunjung bisa membeli beraneka kuliner tempo dulu khas Banjarnegara yang saat ini susah dicari. Ada cimplung, pecel pincuk, susu rempah, dawet ayu hingga sega jengkol (Uje Hartono/detikTravel)
Tidak hanya itu, di antara warung yang menjajakan beraneka kuliner zaman dulu (jadul). Pasar ini tidak buka setiap hari, cuma buka di hari Minggu dari jam 07.00-12.00 WIB (Uje Hartono/detikTravel)
Juga ada mainan anak-anak yang saat ini sudah jarang ditemui, misalnya, egrang bambu, egrang bathok, suramanda, dakon serta othok-othok. Mainan anak-anak ini menguatkan memori para pengunjung untuk kembali ke suasana tempo dulu (Uje Hartono/detikTravel)
Lokasinya yang berada di tengah hutan akan membat pengunjung betah berlama-lama di pasar. Selain menikmati suasana tempo dulu juga bisa menikmati sejuknya alam di tengah hutan (Uje Hartono/detikTravel)
Pasar Lodra Jaya memperkenalkan destinasi lain yang ada di Banjarnegara. Misalnya, gerbang pasar yang menggunakan replika Candi Arjuna yang ada di Desa Dieng Kulon Kecamatan Batur, Banjarnegara (Uje Hartono/detikTravel)
Uniknya lagi, di pasar ini mata uang Rupiah tidak berlaku. Sehingga, pengunjung harus menukarkan Rupiah ke uang kethip yang terbuat dari bambu berbentuk koin (Uje Hartono/detikTravel)
Satu kethip sama dengan Rp 2.500. Uang kethip ini nanti yang digunakan untuk semua transaksi di Pasar Lodra Jaya, baik untuk membeli kuliner atau oleh-oleh lainnya (Uje Hartono/detikTravel)