Foto Lawas Bantimurung di Maros 100 Tahun Lalu

Tak banyak yang tahu kalau Bantimurung di Maros, merupakan objek wisata tertua di Sulawesi Selatan. Kamis (21/2), objek wisata ini telah berumur 1 abad (Istimewa)

Objek wisata alam berjuluk 'Kingdom Of Butterfly' ini, ditetapkan dalam lembar negara  pemerintah Hindia Belanda No 90, 21 Februari 1919 sebagai monumen alam atau 'Natuurmonument Bantimoeroeng Waterval.' Luasnya 10 hektare (istimewa)

Pencetusan itu dipelopori entomologi Belanda, Marinus Cornelius Piepers bersama beberapa ilmwuan lainnya kepada pendiri Perkumpulan Perlindungan Alam Hindia Belanda, Sijfert Hendrik Kooders tahun 1915 (istimewa)

Pencetusan Bantimurung sebagai cagar alam, bahkan ditulis oleh koran Belanda: De Preanger-bode edisi 4 Maret 1919 atas siaran pers Sijfert Hendrik Kooders, hingga diketahui secara luas oleh dunia (istimewa)

Sayangnya, objek wisata yang telah mendunia sejak 1 abad silam itu, dinilai tak lagi 'ramah' pada wisatawan mancanegara. Tiket masuk untuk turis asing sebesar Rp 250 ribu perorang dinilai terlalu mahal (Moehammad Bakrie/detikTravel)

Kini, Bantimurung lebih populer di kalangan wisatawan lokal ketimbang turis mancanegara (Moehammad Bakrie/detikTravel)

Tak banyak yang tahu kalau Bantimurung di Maros, merupakan objek wisata tertua di Sulawesi Selatan. Kamis (21/2), objek wisata ini telah berumur 1 abad (Istimewa)
Objek wisata alam berjuluk Kingdom Of Butterfly ini, ditetapkan dalam lembar negara  pemerintah Hindia Belanda No 90, 21 Februari 1919 sebagai monumen alam atau Natuurmonument Bantimoeroeng Waterval. Luasnya 10 hektare (istimewa)
Pencetusan itu dipelopori entomologi Belanda, Marinus Cornelius Piepers bersama beberapa ilmwuan lainnya kepada pendiri Perkumpulan Perlindungan Alam Hindia Belanda, Sijfert Hendrik Kooders tahun 1915 (istimewa)
Pencetusan Bantimurung sebagai cagar alam, bahkan ditulis oleh koran Belanda: De Preanger-bode edisi 4 Maret 1919 atas siaran pers Sijfert Hendrik Kooders, hingga diketahui secara luas oleh dunia (istimewa)
Sayangnya, objek wisata yang telah mendunia sejak 1 abad silam itu, dinilai tak lagi ramah pada wisatawan mancanegara. Tiket masuk untuk turis asing sebesar Rp 250 ribu perorang dinilai terlalu mahal (Moehammad Bakrie/detikTravel)
Kini, Bantimurung lebih populer di kalangan wisatawan lokal ketimbang turis mancanegara (Moehammad Bakrie/detikTravel)