Dilaksanakan di Kelurahan Taroada, Kecamatan Turikale, Maros, Sulawesi Selatan (Muhammad Bakri/detikcom)
Adalah seni menumbuk gabah atau Mappadekko yang masih tetap dilaksanakan tiap tahun secara turun temurun oleh generasi tuanya (Muhammad Bakri/detikcom)
Mappadekko satu dengan pesta panen atau Mappadendang, digelar oleh warga sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan karena rezeki dan ajang silaturahmi sesama warga (Muhammad Bakri/detikcom)
Seni menumbuk gabah bukanlah perkara mudah karena harus seirama. Jika tidak, alu yang mereka gunakan bisa saling bertabrakan (Muhammad Bakri/detikcom)
Pesta panen juga dilanjutkan dengan mengarak makanan ase lolo hasil tumbukan dengan iringan gendang ke makam leluhur (Muhammad Bakri/detikcom)
Usai ditumbuk dan dipisahkan dari dedak, beras-beras ketan itu lalu diproses menjadi makanan tradisional yang dikenal dengan nama ase lolo (Muhammad Bakri/detikcom)
Pengolahan ase lolo terbilang sederhana karena hanya dicampurkan kelapa, garam dan juga gula merah (Muhammad Bakri/detikcom)
Memasaknya dilakukan oleh mereka yang telah ahli, jika tidak ase lolo ini juga tidak enak dikonsumsi (Muhammad Bakri/detikcom)
Para penumbuk gabah ini rata-rata sudah berusia paruh baya dan tetap terlihat kuat mengayunkan alu ke lesung berisi gabah, beratnya mencapai 5 kilogram (Muhammad Bakri/detikcom)
Para ibu-ibu yang mengolah hasil tumbukan (Muhammad Bakri/detikcom)