Peserta Festival Mandi Lumpur mengawali perayaan dengan turun ke pesawahan dan melumuri badan dengan lumpur di Kota Aliaga, Provinsi Nueva Ecija, Filipina, (24/6/2019).
Daun pisang kering dibuat menjadi baju dan menutupi hingga ke bagian kepala. Sejarah festival ini bisa dirunut sejak masa penjajahan Jepang. Saat itu, 24 Juni, terjadi hujan deras dan berlumpur sehingga tentara Jepang batal mengeksekusi 14 warga Filipina. Kejadian tersebut diyakini sebagai bantuan Tuhan dan dirayakan hingga saat ini.
Festival Mandi Lumpur ini merupakan bagian dari perayaan hari Santo Yohanes Sang Pembaptis setiap tanggal 24 Juni.
Kumpulan peserta yang menggunakan baju daun pisang dan yang berlumur lumpur. Perayaan ini dilakukan di Kota Aliagat, 100 km sebelah utara ibukota Manila.
Doa dipanjatkan untuk Santo Yohanes Sang Pembaptis. Filipina merupakan negara dengan 80 persen penduduk menganut agama Katolik.
Anak kecil ikut dalam Festival Mandi Lumpur di Aliagat, Filipina. Santo Yohanes merupakan salah satu rasul dalam agama Katolik. Setiap tanggal 24, sejumlah perayaan dilakukan untuk mengenangnya.
Ekspresi salah satu peserta Festival Mandi Lumpur di Aliagat, Filipina.