Mengenal Sintren, Tarian Mistis Roh Sang Putri Menari

 Kata “sintren” sendiri dibagun oleh dua kata yaitu “si” yang berarti ia, dan “tren” atau “tri” yang berarti putri. Jadi, sintren berarti “ia putri”. Sang Sintren, Niken, berlatih dengan para dayang di lokasi acara. Seorang penari disyaratkan agar masih dalam keadaan suci atau perawan.

Rombongan penari Sintren berjalan menuju lokasi acara di Pesisir, Cirebon. Dalam kesenian ini, diyakini bahwa yang menari bukanlah sang penari sintren melainkan roh seorang putri. Pawang akan memasukkan roh bidadari ke penari tersebut. Konon saat memainkan peran sintren, sang penari tidak sadarkan diri alias kerasukan. Itulah sebabnya pertunjukan ini terkesan erat dengan aroma mistis atau magis.

Selama prosesi, ada seorang sinden yang menyanyikan tembang perjalanan sintren. Serta para dayang yang terus menari mengelilingi carangan. Kesenian ini harus dilakukan dengan hati yang bersih. Sang pawang juga memakai wewangian kemenyan untuk ritual doa, simbol niat suci sekaligus meminta perlindungan Tuhan.

Sintren diawali dengan aksi si pawang mengikat si penari dengan tali tambang mulai leher hingga kaki, agar tidak mungkin melepaskan diri dengan mudah. Lalu ia akan dimasukkan ke dalam carangan atau kurungan.

Sang pawang akan memasukkan roh, yang biasanya adalah roh Dewi Lanjar. Pawang tak henti-hentinya membaca mantra di tengah kepulan asap kemenyan. Di saat bersamaan, penari sintren berhias di dalam kurungan sempit dalam keadaan terikat, dalam waktu yang singkat, dan keadaan tak sadarkan diri.

Getaran pada kurungan lantas menjadi tanda bagi pawang untuk kembali membacakan mantra. Berselang beberapa saat, muncullah sang penari sintren yang sudah cantik jelita dari balik kurungan. Pawang kembali membacakan mantra. Seketika itu pula sintren menari seolah tak sadarkan diri. Itulah roh sang putri yang menari.

Jika benar roh Dewi Lanjar yang masuk, penari akan terlihat lebih cantik dan membawakan tarian dengan memesona.

Inilah beragam perlengkapan yang disiapkan dan akan digunakan oleh Sintren dalam setiap pertunjukannya.

 Kata “sintren” sendiri dibagun oleh dua kata yaitu “si” yang berarti ia, dan “tren” atau “tri” yang berarti putri. Jadi, sintren berarti “ia putri”. Sang Sintren, Niken, berlatih dengan para dayang di lokasi acara. Seorang penari disyaratkan agar masih dalam keadaan suci atau perawan.
Rombongan penari Sintren berjalan menuju lokasi acara di Pesisir, Cirebon. Dalam kesenian ini, diyakini bahwa yang menari bukanlah sang penari sintren melainkan roh seorang putri. Pawang akan memasukkan roh bidadari ke penari tersebut. Konon saat memainkan peran sintren, sang penari tidak sadarkan diri alias kerasukan. Itulah sebabnya pertunjukan ini terkesan erat dengan aroma mistis atau magis.
Selama prosesi, ada seorang sinden yang menyanyikan tembang perjalanan sintren. Serta para dayang yang terus menari mengelilingi carangan. Kesenian ini harus dilakukan dengan hati yang bersih. Sang pawang juga memakai wewangian kemenyan untuk ritual doa, simbol niat suci sekaligus meminta perlindungan Tuhan.
Sintren diawali dengan aksi si pawang mengikat si penari dengan tali tambang mulai leher hingga kaki, agar tidak mungkin melepaskan diri dengan mudah. Lalu ia akan dimasukkan ke dalam carangan atau kurungan.
Sang pawang akan memasukkan roh, yang biasanya adalah roh Dewi Lanjar. Pawang tak henti-hentinya membaca mantra di tengah kepulan asap kemenyan. Di saat bersamaan, penari sintren berhias di dalam kurungan sempit dalam keadaan terikat, dalam waktu yang singkat, dan keadaan tak sadarkan diri.
Getaran pada kurungan lantas menjadi tanda bagi pawang untuk kembali membacakan mantra. Berselang beberapa saat, muncullah sang penari sintren yang sudah cantik jelita dari balik kurungan. Pawang kembali membacakan mantra. Seketika itu pula sintren menari seolah tak sadarkan diri. Itulah roh sang putri yang menari.
Jika benar roh Dewi Lanjar yang masuk, penari akan terlihat lebih cantik dan membawakan tarian dengan memesona.
Inilah beragam perlengkapan yang disiapkan dan akan digunakan oleh Sintren dalam setiap pertunjukannya.