Satu Abad Gedung Sate, Yuk Lihat Lagi Keindahan Arsitekturnya

Tepat pada tanggal 27 Juli 1920, Gedung Sate yang dulu disebut Gouvernements Bedrijven dibangun pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Bangunan bersejarah itu kini berusia 100 tahun. ANTARA FOTO/Novrian Arbi.

Gedung yang diarsiteki oleh J. Gerber ini diketahui terinspirasi dari bangunan di Zaman Renaissance. Rengga Sancaya/Dok. Detikcom.

Menariknya, gaya arsitektur gedung yang biaya pembangunanannya mencapai 6 juta Gulden ini juga turut dipengaruhi oleh berbagai budaya lainnya. Seperti pada dinding fasade di depan Gedung Sate yang memiliki ornamen berciri tradisional layaknya bangunan candi-candi Hindu. Selain itu, menara yang berdiri dengan atap bersusun di tengah-tengah bangunan induk Gedung Sate mengingatkan pengunjung pada atap Pagoda maupun Meru di Bali. Rengga Sancaya/Dok. Detikcom.

Perpaduan gaya arsitektur Barat dan Timur pada Gedung Sate ini pun membuat bangunan ini menjadi salah satu bangunan bersejarah yang disebut memiliki bentuk yang tak hanya menawan tetapi juga penuh makna.

Tusuk sate yang berada di puncak gedung yang membuat bangunan ini kemudian disebut sebagai Gedung Sate pun punya maknanya tersendiri. Diketahui, tusuk sate yang terdiri dari enam ornamen itu menjelaskan tentang biaya pembangunan gedung bersejarah tersebut yang menelan biaya mencapai 6 juta Gulden. Rengga Sancaya/Dok. Detikcom.

Tak hanya merancang bangunan dengan gaya arsitektur yang memadukan budaya Barat dan Timur, arah menghadap Gedung Sate pun dirancang secara detail oleh sang arsitek. Bangunan itu diketahui menghadap ke arah Gunung Tangkuban Parahu. Rengga Sancaya/Dok. Detikcom.

Selain kaya akan gaya arsitektur, bangunan ini pun memiliki nilai sejarah yang tinggi. Bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 27.990,859 meter persegi, dengan luas bangunan sekitar 10.877,734 meter persegi itu juga turut menjadi saksi perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajahan serta mempertahankan kemerdekaan. Sebuah monumen peringatan bagi pahlawan yang gugur saat berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia itu pun berdiri tegak di depan Gedung Sate. Rengga Sancaya/Dok. Detikcom.

Gedung Sate saat ini menjadi kantor pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat sekaligus menjadi salah satu objek wisata sejarah. ANTARA FOTO/NOVRIAN ARBI.

Tepat pada tanggal 27 Juli 1920, Gedung Sate yang dulu disebut Gouvernements Bedrijven dibangun pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Bangunan bersejarah itu kini berusia 100 tahun. ANTARA FOTO/Novrian Arbi.
Gedung yang diarsiteki oleh J. Gerber ini diketahui terinspirasi dari bangunan di Zaman Renaissance. Rengga Sancaya/Dok. Detikcom.
Menariknya, gaya arsitektur gedung yang biaya pembangunanannya mencapai 6 juta Gulden ini juga turut dipengaruhi oleh berbagai budaya lainnya. Seperti pada dinding fasade di depan Gedung Sate yang memiliki ornamen berciri tradisional layaknya bangunan candi-candi Hindu. Selain itu, menara yang berdiri dengan atap bersusun di tengah-tengah bangunan induk Gedung Sate mengingatkan pengunjung pada atap Pagoda maupun Meru di Bali. Rengga Sancaya/Dok. Detikcom.
Perpaduan gaya arsitektur Barat dan Timur pada Gedung Sate ini pun membuat bangunan ini menjadi salah satu bangunan bersejarah yang disebut memiliki bentuk yang tak hanya menawan tetapi juga penuh makna.
Tusuk sate yang berada di puncak gedung yang membuat bangunan ini kemudian disebut sebagai Gedung Sate pun punya maknanya tersendiri. Diketahui, tusuk sate yang terdiri dari enam ornamen itu menjelaskan tentang biaya pembangunan gedung bersejarah tersebut yang menelan biaya mencapai 6 juta Gulden. Rengga Sancaya/Dok. Detikcom.
Tak hanya merancang bangunan dengan gaya arsitektur yang memadukan budaya Barat dan Timur, arah menghadap Gedung Sate pun dirancang secara detail oleh sang arsitek. Bangunan itu diketahui menghadap ke arah Gunung Tangkuban Parahu. Rengga Sancaya/Dok. Detikcom.
Selain kaya akan gaya arsitektur, bangunan ini pun memiliki nilai sejarah yang tinggi. Bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 27.990,859 meter persegi, dengan luas bangunan sekitar 10.877,734 meter persegi itu juga turut menjadi saksi perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajahan serta mempertahankan kemerdekaan. Sebuah monumen peringatan bagi pahlawan yang gugur saat berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia itu pun berdiri tegak di depan Gedung Sate. Rengga Sancaya/Dok. Detikcom.
Gedung Sate saat ini menjadi kantor pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat sekaligus menjadi salah satu objek wisata sejarah. ANTARA FOTO/NOVRIAN ARBI.