Alur Sampah Plastik di Jepang dalam Foto

Pemerintah Jepang mengenakan biaya wajib kantong plastik antara 3-5 yen atau Rp 400-700 di bulan ini. Dari 540 miliar kantong plastik yang digunakan setiap tahun di seluruh dunia, konsumen di Jepang menggunakan 30 miliar di antaranya.
Penggunaan plastik yang massif di Jepang dimulai pada tahun 1960-70an. Negara ini dikenal dengan industrinya dan berusaha mengubah citra pembuat barang murah menjadi pengecer premium. Praktik di toserba Jepang dipenuhi dengan makanan yang dibungkus plastik per biji sudah berlangsung puluhan tahun.
Penjual menganggap bahwa bungkus plastik akan menjamin higienitas suatu barang, kata juru bicara Lawson. Ketika warga Jepang memilah sampah plastik dan membuangnya, mereka menganggap itu akan berubah menjadi produk plastik baru. Kenyataannya?
Jepang menghasilkan sekitar 9 juta ton limbah plastik setiap tahun, kedua setelah Amerika Serikat, yang menghasilkan 35 juta ton limbah plastik pada tahun 2017. Negara ini hanya mendaur ulang kurang dari 10%.
Banyak dari sampah plastik itu tidak ditingkatkan menjadi produk baru karena kualitasnya terlalu rendah dan jumlahnya terlalu banyak. Mayoritas, 56% dibakar untuk menghasilkan energi termal namun menghasilkan emisi karbon yang buruk bagi lingkungan.
Sebagian kecil dari keseluruhan sampah plastik Jepang dikirim ke luar negeri untuk diproses kembali. Pada tahun 2018, Jepang adalah pengekspor sampah plastik terbesar di dunia. Negeri ini mengirim lebih dari satu juta ton ke luar negeri dan tak tahu pengolahan plastik di negara tujuan.
Pada tahun 2019, 7-Eleven Holdings mengumumkan penggantian bungkus plastik di nasi kepal atau onigiri mereka dengan bungkus berbahan tanaman. Fakta, toserba memproduksi sekitar 2,2 miliar onigiri per tahun. Oleh karena keputusan ini diperkirakan adanya penghematan 260 ton plastik dan mengurangi emisi CO2 hingga 403 ton per tahun.