Potret Kemeriahan Hajat Laut Pangandaran

Masyarakat pesisir Pangandaran menggelar tradisi hajat laut di pantai barat Pangandaran, Jumat (11/9/2020). Acara diawali dengan membuat dongdang atau jampana. Semacam pikulan yang berisi makanan sesajen dan kepala kambing.
Kegiatan budaya ini diisi oleh berbagai ritual atau prosesi budaya yang cukup menarik. Meski kondisi pandemi Corona membuat acara hajat laut kali ini tak semeriah tahun sebelumnya, namun suasana khidmat tetap terasa.
Acara hajat laut di Pangandaran digelar bertepatan dengan hari Jumat kliwon di bulan Muharam.
Di akhir acara musik ketuk tilu kembali dimainkan, penari ronggeng beraksi diikuti oleh semua yang hadir. Tarian ronggeng gunung yang menjadi seni khas Pangandaran menjadi penutup yang mantap.
Karena jenis tarian massal ini sanggup membuat semua yang hadir ikut menari mengikuti irama ketuk tilu dan lengkingan vokal sinden.
Setelah sesajen dilarung, kemudian digelar doa bersama. Masyarakat membawa nasi tumpeng. Makanan ditaruh di tengah, semua duduk melingkar lalu memanjatkan doa.
Usai berdoa, semua makan bersama, balakecrakan, saling mencicipi makanan yang dibawa. Semua larut dalam keakraban dan kebersamaan.
Masyarakat pesisir Pangandaran menggelar tradisi hajat laut di pantai barat Pangandaran, Jumat (11/9/2020). Acara diawali dengan membuat dongdang atau jampana. Semacam pikulan yang berisi makanan sesajen dan kepala kambing.
Kegiatan budaya ini diisi oleh berbagai ritual atau prosesi budaya yang cukup menarik. Meski kondisi pandemi Corona membuat acara hajat laut kali ini tak semeriah tahun sebelumnya, namun suasana khidmat tetap terasa.
Acara hajat laut di Pangandaran digelar bertepatan dengan hari Jumat kliwon di bulan Muharam.
Di akhir acara musik ketuk tilu kembali dimainkan, penari ronggeng beraksi diikuti oleh semua yang hadir. Tarian ronggeng gunung yang menjadi seni khas Pangandaran menjadi penutup yang mantap.
Karena jenis tarian massal ini sanggup membuat semua yang hadir ikut menari mengikuti irama ketuk tilu dan lengkingan vokal sinden.
Setelah sesajen dilarung, kemudian digelar doa bersama. Masyarakat membawa nasi tumpeng. Makanan ditaruh di tengah, semua duduk melingkar lalu memanjatkan doa.
Usai berdoa, semua makan bersama, balakecrakan, saling mencicipi makanan yang dibawa. Semua larut dalam keakraban dan kebersamaan.