Potret Kota Kuno Arab yang Diazab Allah Dibuka Setelah 2.000 Tahun

Ada kisah tentang kota kuno di Arab Saudi yang diazab Allah. Kota Madain Saleh ini mungkin tidak terkenal seperti Petra, tetapi inilah kota terbesar kedua bangsa Arab kuno.
Madain Saleh disebut pula Al-Hijr atau Hegra, ini adalah sebuah situs arkeologi yang terletak di wilayah Hijaz, Provinsi Madinah, Arab Saudi.
Suku Nabath memainkan peran penting dalam kerajaan misterius itu. Nabath adalah sekelompok bangsa Arab kuno yang menetap di daerah Yordania hingga ke sebelah utara Damaskus.
Mereka dahulu menggunakan bahasa Aram untuk berkomunikasi. Suku Nabath adalah cikal bakal kaum Nabi Shaleh, yakni Tsamud.
Kaum Tsamud ini dalam kisah Al Quran akhirnya diazab Allah dengan gempa dan puting beliung karena mendurhakai Tuhan dan menolak ajakan Nabi Shaleh untuk menyembah Allah.
Banyak orang yang sudah mendengar Petra, ibu kota bangsa Arab kuno, Nabath di Yordania. Namun Madain Saleh, kota kedua terbesar bangsa Nabath yang juga situs warisan dunia versi UNESCO, masih tidak banyak diketahui.
Kota yang dulu begitu hidup seiring dengan ramainya jalur rempah kuno ini memainkan peran penting dalam membangun kerajaan yang hidup dari perniagaan.
Tetapi sekarang, makam-makam di dinding batu yang monumental di Madain Saleh adalah salah satu peninggalan terakhir dan paling terawat dari kerajaan yang hilang.
Dari Madinah, traveler harus berkendara selama empat jam menuju kota oasis Al Ula di Hijaz. Madain Saleh berjarak 40 km ke arah utara dari kota itu. detikTravel pun pernah berkunjung ke sana beberapa waktu lalu, di sela liputan Haji.
Orang-orang Nabath meraih kekayaan dan kejayaannya berkat kemampuan mencari dan menyimpan air di lingkungan gurun yang begitu ganas.
Mereka juga memonopoli jalur perdagangan gurun antara Madain Saleh di barat daya dan pelabuhan Gaza di Laut Tengah atau Laut Mediterania di sebelah utara.
Mereka menarik pajak dari iring-iringan unta yang mengangkut wewangian, dupa, dan rempah. Pajak ditukar dengan air atau peristirahatan.
Namun pada tahun 106 Masehi, Kerajaan Nabath dijajah oleh Kekaisaran Romawi dan jalur Laut Merah beralih ke jalur perdagangan darat. Kota-kota Nabath tak lagi jadi pusat perdagangan dan dimulailah era kemundurannya.
Terkucil di tengah padang pasir, sekarang Madain Saleh adalah tempat yang terasing, sunyi, namun terawat. Sebagian besar kota itu masih terkubur di bawah lapisan pasir.
Yang telah ditemukan sejauh ini adalah sebuah pemakaman luas yang terdiri lebih dari 131 makam besar. Mulanya, skala dan jumlah makam itu diklaim luar biasa luas.
Prasasti-prasasti makam memberikan informasi tentang nama, hubungan, pekerjaan, peraturan dan Tuhan orang-orang yang tinggal di sana. Orang Nabath tidak meninggalkan keahlian menulis.
Bahasa Aram menjadi bahasa komunikasi utama untuk bisnis dan perdagangan. Orang-orang Nabath juga menggunakan bahasa Arab dalam kesehariannya.
Tidak seperti Petra yang ramai turis, penjual suvenir dan ojek keledainya, tidak ada orang lain di Madain Saleh. Kebanyakan muslim Saudi tidak akan datang ke sini karena mereka yakin bahwa situs ini dikutuk ketika Bangsa Nabath (Tsamud) menolak meninggalkan para dewa mereka dan mendurhakai Allah.