Sepintas Bukit Yomokho di tepi Danau Sentani ini berbentuk seperti huruf U. Siapa sangka bukit cantik ini menyimpan situs bersejarah. (Hari Suroto/Istimewa)
Penelitian Balai Arkeologi Papua di Bukit Yomokho berhasil menemukan hunian prasejarah. Jejak aktivitas manusia prasejarah di situs ini diketahui dari sisa makanan berupa cangkang siput danau, cangkang moluska laut, tulang, dan gigi babi. (Hari Suroto/Istimewa)
Pemandangan dari puncak bukit Yomokho sangat Instragamable dengan latar belakang Danau Sentani di Jayapura. Survei permukaan tanah juga menemukan fragmen alat tokok sagu, serpih, obsidian dan fragmen kapak batu. (Hari Suroto/Istimewa)
Bukit Yomokho sebelah timur terdapat sebuah papan batu di puncak bukit. Pada lereng Bukit Yomokho sebelah tenggara juga ditemukan sebuah menhir. Menhir dan papan batu pada masa prasejarah berfungsi sebagai media pemujaan pada roh nenek moyang. (Hari Suroto/Istimewa)
Situs Yomokho merupakan situs hunian prasejarah di tepi Danau Sentani bagian barat. Temuan pecahan gerabah, kapak batu, dan alat tokok sagu, menunjukkan bahwa pada masa lalu, manusia yang tinggal di Situs Yomokho mengolah dan mengkonsumsi sagu. (Hari Suroto/Istimewa)
Kapak batu untuk menebang pohon sagu, alat batu untuk menokok sagu, dan gerabah digunakan sebagai wadah untuk mengolah sagu menjadi papeda. Sebagai sumber protein, mereka hidup berburu babi di hutan, mengkonsumsi ulat sagu, menangkap ikan dan mencari siput di Danau Sentani. (Hari Suroto/Istimewa)
Berdasarkan analisis radio carbon C14 terhadap sampel arang yang ditemukan dalam ekskavasi, diketahui bahwa manusia prasejarah menghuni dan beraktivitas di Bukit Yomokho berlangsung pada 1323 hingga 354 tahun yang lalu. Analisis sampel arang ini dilakukan di laboratorium AMS The Australian National University, Canberra. (Hari Suroto/Istimewa)