Foto: Buah Merah yang Ajaib dan Berkhasiat dari Papua

Buah merah yang bernama latin Pandanaceae conoideus adalah sejenis keluarga pandan endemik dari Papua. Buah yang dalam bahasa lokal disebut kuansu ini sudah lama dikonsumsi Suku Dani yang tinggal di Lembah Baliem. (Hari Suroto/Istimewa)
Cara mengonsumsi buah ini ada bermacam-macam. Bisa dengan cara dibakar batu, direbus, atau dikukus. Buah merah mengandung antioksidan alami yang tinggi, serta berbagai vitamin dan zat yang bermanfaat. (Hari Suroto/Istimewa)
Kandungan zat bermanfaat itu antara lain karoten 12.000 ppm, beta karoten 700 ppm, dan tokoferol 11.000. Selain itu, ada beberapa zat lain yang terkandung dalam buah merah, di antaranya asam oleat, asam linoleat, dekanoat, omega 3 dan omega 9. (Hari Suroto/Istimewa)
Diperkirakan ada lebih dari 30 varietas buah ini yang dapat dijumpai di Papua, masing-masing dengan nama yang berbeda untuk tiap karakter buah dan tiap daerah. (Hari Suroto/Istimewa)
Buah ini diperkirakan mulai dibudidayakan di Lembah Baliem sekitar 7.000 tahun yang lalu. Hal ini berdasarkan penelitian ahli arkeobotani dari The Australian National University, Haberle yang meneliti sampel serbuk sari pandanus dari sedimen rawa Kelila di Lembah Baliem Barat. (iStock)
Buah merah yang bernama latin Pandanaceae conoideus adalah sejenis keluarga pandan endemik dari Papua. Buah yang dalam bahasa lokal disebut kuansu ini sudah lama dikonsumsi Suku Dani yang tinggal di Lembah Baliem. (Hari Suroto/Istimewa)
Cara mengonsumsi buah ini ada bermacam-macam. Bisa dengan cara dibakar batu, direbus, atau dikukus. Buah merah mengandung antioksidan alami yang tinggi, serta berbagai vitamin dan zat yang bermanfaat. (Hari Suroto/Istimewa)
Kandungan zat bermanfaat itu antara lain karoten 12.000 ppm, beta karoten 700 ppm, dan tokoferol 11.000. Selain itu, ada beberapa zat lain yang terkandung dalam buah merah, di antaranya asam oleat, asam linoleat, dekanoat, omega 3 dan omega 9. (Hari Suroto/Istimewa)
Diperkirakan ada lebih dari 30 varietas buah ini yang dapat dijumpai di Papua, masing-masing dengan nama yang berbeda untuk tiap karakter buah dan tiap daerah. (Hari Suroto/Istimewa)
Buah ini diperkirakan mulai dibudidayakan di Lembah Baliem sekitar 7.000 tahun yang lalu. Hal ini berdasarkan penelitian ahli arkeobotani dari The Australian National University, Haberle yang meneliti sampel serbuk sari pandanus dari sedimen rawa Kelila di Lembah Baliem Barat. (iStock)