Melacak Jejak Sejarah Kawasan Pecinan di Pinggiran Sungai Brebes

Wilayah pantura Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, memiliki beberapa jejak peninggalan kampung China atau pecinan. Komunitas etnis Tionghoa ini mengelompok di pinggiran dua sungai besar, yakni sungai Pemali dan Cisanggarung.  

Sejak dulu, sungai merupakan cikal bakal munculnya sebuah peradaban. Termasuk munculnya komunitas etnis Tionghoa di Brebes, juga dimulai dari daerah pinggiran sungai. Ada dua sungai besar yang menjadi saksi lahirnya kampung pecinan, yakni sungai Pemali dan Cisanggarung di Kecamatan Losari.

Kabid Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Parisiwisata (Dinbudpar) Brebes, Wijanarto mengungkapkan kampung pecinan di Brebes terbentuk pasca pembantaian etnis China oleh pemerintah Belanda pada tahun 1740. Saat itu banyak warga Tionghoa melarikan diri ke luar Batavia. Beberapa kota yang menjadi tujuan adalah pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Etnis Tionghoa yang ke Brebes menetap di pinggir sungai Cisanggarung dan Pemali. Lambat laut, etnis China ini membentuk komunitas yang sekarang dikenal dengan kampung pecinan. Warga Tionghoa yang bermukim di pinggiran sungai ini hidup bersama warga pribumi lainnya. Komunitas ini kemudian membangun klenteng dan rumah rumah toko sebagai tempat usaha.

Khusus di pinggiran sungai Cisanggarung Losari, sambung Wijanarto, sebenarnya sudah ada komunitas etnis China sebelum ada eksodus besar-besaran dari Batavia. Mereka bermukim di pinggir sungai ini sejak zaman kerajaan Demak. Daerah ini pun berkembang menjadi bandar pelabuhan dan pusat aktivitas perdagangan. Seiring perkembangan zaman, kampung pecinan lambat laun mulai ditinggalkan. 

Beberapa faktornya adalah karena dampak pembangunan wilayah dan adanya konflik sosial. Saat ini, jejak peninggalan warga Tionghoa masih bisa ditemui di beberapa sudut Kabupaten Brebes. Misalnya klenteng, kuburan atau bong China dan rumah toko yang pernah ditempati warga Tionghoa.

Wilayah pantura Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, memiliki beberapa jejak peninggalan kampung China atau pecinan. Komunitas etnis Tionghoa ini mengelompok di pinggiran dua sungai besar, yakni sungai Pemali dan Cisanggarung.  
Sejak dulu, sungai merupakan cikal bakal munculnya sebuah peradaban. Termasuk munculnya komunitas etnis Tionghoa di Brebes, juga dimulai dari daerah pinggiran sungai. Ada dua sungai besar yang menjadi saksi lahirnya kampung pecinan, yakni sungai Pemali dan Cisanggarung di Kecamatan Losari.
Kabid Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Parisiwisata (Dinbudpar) Brebes, Wijanarto mengungkapkan kampung pecinan di Brebes terbentuk pasca pembantaian etnis China oleh pemerintah Belanda pada tahun 1740. Saat itu banyak warga Tionghoa melarikan diri ke luar Batavia. Beberapa kota yang menjadi tujuan adalah pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Etnis Tionghoa yang ke Brebes menetap di pinggir sungai Cisanggarung dan Pemali. Lambat laut, etnis China ini membentuk komunitas yang sekarang dikenal dengan kampung pecinan. Warga Tionghoa yang bermukim di pinggiran sungai ini hidup bersama warga pribumi lainnya. Komunitas ini kemudian membangun klenteng dan rumah rumah toko sebagai tempat usaha.
Khusus di pinggiran sungai Cisanggarung Losari, sambung Wijanarto, sebenarnya sudah ada komunitas etnis China sebelum ada eksodus besar-besaran dari Batavia. Mereka bermukim di pinggir sungai ini sejak zaman kerajaan Demak. Daerah ini pun berkembang menjadi bandar pelabuhan dan pusat aktivitas perdagangan. Seiring perkembangan zaman, kampung pecinan lambat laun mulai ditinggalkan. 
Beberapa faktornya adalah karena dampak pembangunan wilayah dan adanya konflik sosial. Saat ini, jejak peninggalan warga Tionghoa masih bisa ditemui di beberapa sudut Kabupaten Brebes. Misalnya klenteng, kuburan atau bong China dan rumah toko yang pernah ditempati warga Tionghoa.