Rupa Lab Terbang Terbesar dari Eropa

Airborne Laboratory dioperasikan oleh Facility for Airborne Atmospheric Measurements (FAAM) Inggris dan biasa berputar di langit seluruh dunia.

Penelitian Airborne Laboratory membantu memahami tantangan seperti polusi udara, perubahan iklim, dan cuaca ekstrem.

Lab terbang Airborne Laboratory sedang meneliti untuk menangani tantangan lingkungan terberat. Dari luar, mungkin traveler hanya akan melihat pesawat penumpang kecil biasa.

Barisan peralatan ilmiah telah menggantikan sebagian besar kursi. Di tempat penyimpanan kanbin atas ada pipa dan kabel, dan alih-alih turis, penumpangnya adalah para peneliti.

FAAM merupakan bagian dari National Center for Atmospheric Science. Mereka mulai menggunakan laboratorium pesawat pada tahun 2005 dan sejak itu telah melakukan lebih dari 15.000 penerbangan, menempuh jarak 3,2 juta kilometer.

Airborne Laboratory juga telah dilengkapi dengan sekitar empat ton peralatan demi mendukung penelitian yang mutakhir.

Partikel awan, asap, kabut, debu vulkanik, dan polutan ditangkap dengan probe pengambilan sampel yang menggantung di sayap. Hasil tangkapan ini kemudian dibawa ke dalam pesawat untuk dianalisis.

Partikel yang sulit diukur, seperti debu gurun atau aerosol garam laut, dianalisis dengan instrumen di luar pesawat saat sedang terbang.

Selama penerbangan penelitian, pesawat dapat membawa hingga 18 ilmuwan. Airborne Laboratory dapat mencapai ketinggian hingga 35.000 kaki dan terbang serendah 15 meter di atas lautan untuk lebih memahami interaksi kompleks antara atmosfer dan laut.

Pada tahun 2010, letusan gunung berapi besar di Eyjafjallajökull, Islandia, menutup wilayah udara di seluruh Eropa, merugikan industri penerbangan lebih dari $ 1 miliar. Airborne Laboratory dikerahkan untuk mensurvei atmosfer untuk mencari tanda-tanda abu dari gunung ini.

Airborne Laboratory dioperasikan oleh Facility for Airborne Atmospheric Measurements (FAAM) Inggris dan biasa berputar di langit seluruh dunia.
Penelitian Airborne Laboratory membantu memahami tantangan seperti polusi udara, perubahan iklim, dan cuaca ekstrem.
Lab terbang Airborne Laboratory sedang meneliti untuk menangani tantangan lingkungan terberat. Dari luar, mungkin traveler hanya akan melihat pesawat penumpang kecil biasa.
Barisan peralatan ilmiah telah menggantikan sebagian besar kursi. Di tempat penyimpanan kanbin atas ada pipa dan kabel, dan alih-alih turis, penumpangnya adalah para peneliti.
FAAM merupakan bagian dari National Center for Atmospheric Science. Mereka mulai menggunakan laboratorium pesawat pada tahun 2005 dan sejak itu telah melakukan lebih dari 15.000 penerbangan, menempuh jarak 3,2 juta kilometer.
Airborne Laboratory juga telah dilengkapi dengan sekitar empat ton peralatan demi mendukung penelitian yang mutakhir.
Partikel awan, asap, kabut, debu vulkanik, dan polutan ditangkap dengan probe pengambilan sampel yang menggantung di sayap. Hasil tangkapan ini kemudian dibawa ke dalam pesawat untuk dianalisis.
Partikel yang sulit diukur, seperti debu gurun atau aerosol garam laut, dianalisis dengan instrumen di luar pesawat saat sedang terbang.
Selama penerbangan penelitian, pesawat dapat membawa hingga 18 ilmuwan. Airborne Laboratory dapat mencapai ketinggian hingga 35.000 kaki dan terbang serendah 15 meter di atas lautan untuk lebih memahami interaksi kompleks antara atmosfer dan laut.
Pada tahun 2010, letusan gunung berapi besar di Eyjafjallajökull, Islandia, menutup wilayah udara di seluruh Eropa, merugikan industri penerbangan lebih dari $ 1 miliar. Airborne Laboratory dikerahkan untuk mensurvei atmosfer untuk mencari tanda-tanda abu dari gunung ini.