Tentu bukan perkara mudah untuk dapat mencapai lokasi. Dibutuhkan persiapan matang, fisik yang prima dan fokus.
Tim harus melewati medan yang terjal berbatu, memanjat dan melintasi aliran air. Dalam perjalanannya, hutan yang rapat dan air terjun menjadi pemandangan yang luar biasa.
Hawa muram begitu terasa ketika tim sampai di titik lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 usai menabrak tebing Gunung Salak tepat 9 tahun lalu. Sesaat tim berdoa atas tragedi dan untuk para korban.
Dari Lembah Sukhoi ini terlihat jelas tebing Gunung Salak yang dihantam pesawat Sukhoi Superjet 100.
Gunung Salak merupakan gunung yang mempunyai beberapa puncak. Punggungan-punggungan curam dan tipis yang membentuk sadel menjadi penghubung antara puncak-puncaknya tersebut.
Medan pendakiannya bervariasi, banyaknya lembahan-lembahan dan karakteristik hutannya yang rapat, membuat Gunung Salak sejak lama dijadikan lokasi latihan berbagai organisasi penggiat alam bebas maupun Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Dengan karakteristik medannya yang berbukit, lembahan, patahan dan jurang serta hutan yang rapat dan kelembaban yang tinggi, Gunung Salak telah beberapa kali menjadi lokasi jatuhnya pesawat.
Sukhoi Superjet 100 bukanlah yang pertama, tapi semoga yang terakhir.