Tradisi Manten Tebu Jadi Destinasi Wisata Baru di Blitar

Iringan gamelan Kebo Giro memenuhi areal parkir pabrik gula Rejoso Manis Indo (RMI). Harum dupapun semerbak mengangkasa, ketika iringan pengantin Jawa diikuti pembawa kembar mayang dan seserahan menapaki landasan beton untuk menuju tengah lapangan.  

Tarian cucuk lampah mengawali, menunjukkan kemana arah kaki sang pengantin harus melangkah. Kala seorang wanita dan lelaki berbusana pengantin Jawa  bertemu ditengah lapangan. 

Mereka masing-masing membawa pohon tebu wadon (wanita) dan lanang (lelaki) untuk dipersatukan oleh sang dukun.  

Seperti layaknya prosesi dalam ritual pengantin Jawa,  pengantin wanita membasuh bagian bawah pohon tebu lanang. Bagian ini, sebagai simbol pengabdian seorang istri kepada sang suami.  

Ketika kedua tebu telah dipersatukan, selanjutnya pengantin membawanya menuju mesin penggilingan. Di lorong berjalan inilah, tebu-tebu akan dilemparkan untuk diproses menjadi gula.

Usai prosesi ritual manten tebu, satu per satu truk pengangkut tebu bergiliran memasukkan tebu ke dalam lorong itu. Badan truk bagian depan akan terangkat ke atas dengan mesin pengungkit, sehingga tebu akan meluncur jatuh ke lorong penggilingan. Tahun ini, untuk pertama kalinya RMI menggelar ritual manten tebu. Tradisi Manten Tebu ini digelar sebagai ungkapan rasa syukur atas akan dilaksanakannya penggilingan gula tahun ini. Selain itu, adanya tradisi  Manten Tebu ini diharapkan bisa memunculkan budaya lokal Jawa Timur.

Iringan gamelan Kebo Giro memenuhi areal parkir pabrik gula Rejoso Manis Indo (RMI). Harum dupapun semerbak mengangkasa, ketika iringan pengantin Jawa diikuti pembawa kembar mayang dan seserahan menapaki landasan beton untuk menuju tengah lapangan.  
Tarian cucuk lampah mengawali, menunjukkan kemana arah kaki sang pengantin harus melangkah. Kala seorang wanita dan lelaki berbusana pengantin Jawa  bertemu ditengah lapangan. 
Mereka masing-masing membawa pohon tebu wadon (wanita) dan lanang (lelaki) untuk dipersatukan oleh sang dukun.  
Seperti layaknya prosesi dalam ritual pengantin Jawa,  pengantin wanita membasuh bagian bawah pohon tebu lanang. Bagian ini, sebagai simbol pengabdian seorang istri kepada sang suami.  
Ketika kedua tebu telah dipersatukan, selanjutnya pengantin membawanya menuju mesin penggilingan. Di lorong berjalan inilah, tebu-tebu akan dilemparkan untuk diproses menjadi gula.
Usai prosesi ritual manten tebu, satu per satu truk pengangkut tebu bergiliran memasukkan tebu ke dalam lorong itu. Badan truk bagian depan akan terangkat ke atas dengan mesin pengungkit, sehingga tebu akan meluncur jatuh ke lorong penggilingan. Tahun ini, untuk pertama kalinya RMI menggelar ritual manten tebu. Tradisi Manten Tebu ini digelar sebagai ungkapan rasa syukur atas akan dilaksanakannya penggilingan gula tahun ini. Selain itu, adanya tradisi  Manten Tebu ini diharapkan bisa memunculkan budaya lokal Jawa Timur.