Jelajah Jakarta dari Kota Tua-Kedai Es Krim Melegenda

Kawasan Kota Tua jadi salah satu area yang tak boleh dilewatkan bila berbicara mengenai sejarah Jakarta. Ada beragam bangunan bersejarah yang dapat ditemui di kawasan ini mulai dari Museum Sejarah Jakarta yang dikenal pula dengan sebutan Museum Fatahillah, Toko Merah hingga area Kali Besar Kota Tua yang kian cantik usai direvitalisasi beberapa waktu lalu.
Kota Tua atau dahulu disebut juga Oud Batavia merupakan pusat pemerintahan di era kolonial Belanda. Selain itu, kawasan ini juga menjadi salah satu pusat bisnis di masa silam. Hal itu terlihat dari berdirinya sejumlah bangunan yang dahulu digunakan sebagai tempat usaha. Salah satunya adalah Gedung De Javasche Bank yang didirikan pada tahun 1828 dan kini difungsikan menjadi Museum Bank Indonesia.
Bicara sejarah Kota Jakarta maka pelabuhan Sunda Kelapa tak boleh dilewatkan. Pelabuhan yang diperkirakan sudah ada sejak abad ke-5 Masehi ini menjadi aksi bisu kisah perjalanan panjang kota Jakarta, dari masa Kerajaan Tarumanegara hingga menuju kota megapolitan seperti sekarang ini. Kawasan ini pun hingga saat ini masih aktif berfungsi sebagai pelabuhan. Tak sedikit pula wisatawan yang datang untuk berfoto dan menaiki perahu untuk melihat pesona Sunda Kelapa.
Penampakan gerbang Pasar Baru atau Passer Baroe yang berada di kawasan Jakarta Pusat. DIketahui, kawasan perdagangan ini berdiri sekitar tahun 1820. Kehadiran pasar ini pun tak dapat dilepaskan dari kehidupan bangsa Belanda di Batavia pada masa silam. Dahulu, Pasar Baru dikenal sebagai daerah pertokoan elite karena lokasinya yang berada di dekat kawasan Rijswijk (kini Jalan Veteran). Kawasan Rijswijk sendiri dikenal sebagai kawasan orang-orang kaya di Batavia pada masa kolonial Belanda.
Mengunjungi Jalan Veteran di Jakarta Pusat, ada sebuah kedai es krim yang diketahui menjadi salah satu toko es krim tertua di Ibu Kota. Kedai es krim bernama Ragusa itu didirikan oleh Luigi Ragusa dan Vincenzo Ragusa yang berkebangsaan Italia pada tahun 1932 silam. Tak jauh dari kedai es krim Ragusa wisatawan tak jarang menemukan gerobak roti Tan Ek Tjoan. Merek roti ini disebut sebagai salah satu yang tertua di Indonesia. Berdiri sejak tahun 1921, merek roti ini cukup digemari di kalangan masyarakat tak hanya di Jakarta tetapi juga Bogor dengan ciri khasnya yakni roti bertektur keras.
Penampakan Gedung Filateli yang berada di kawasan Jakarta Pusat. Gedung yang dibangun pada tahun 1921 hingga 1929 ini dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama JF von Haytema dengan gaya Art Deco. Dahulu gedung ini beroperasi sebagai gedung Post Telefon en Telegraf atau kantor pos. Kini gedung yang menjadi bagian dari Kantor Pos Pusat itu pun dijadikan sebagai bangunan cagar budaya.
Kawasan Glodok yang dikenal sebagai salah satu area Pecinan terpopuler di Indonesia ini sudah menjadi sentra perdagangan yang bergeliat sejak zaman kolonial Belanda. Glodok hingga saat ini masih menjadi destinasi favorit bagi banyak orang yang ingin mencicipi aneka makanan enak, hingga mengenal warisan budaya dan sejarah Jakarta tempo dulu. Salah satunya Pantjoran Tea House. Tempat minum teh ini dibuka pada tahun 2015, namun gedungnya sendiri sudah ada sejak tahun 1635 atau berusia 385 tahun.
Pembangunan Bundaran HI digagas oleh Presiden Soekarno sebagai bagian dari persiapan penyelenggaraan Asian Games 1962 di Jakarta. Pembangunan Monumen Selamat Datang pun bukan tanpa alasan, Presiden Soekarno ingin ada sebuah monumen yang dapat menjadi representasi karakter bangsa Indonesia untuk menyambut para tamu yang tiba di Jakarta dalam rangka penyelenggaraan Asian Games. Rancangan awal monumen ini dikerjakan oleh Henk Ngantung yang merupakan Wakil Gubernur DKI Jakarta pada saat itu. Proses pembuatan monumen ini pun dipimpin oleh pematung kebanggaan Indonesia yakni Edhi Sunarso. Monumen Selamat Datang pun kemudian diresmikan Presiden Soekarno pada tahun 1962.
Selain dikenal sebagai salah satu ikon Kota Jakarta, Monas atau Monumen Nasional juga merupakan landmark yang cukup populer di Indonesia. Rancang bangunan Monas dibuat oleh arsitek Soedarsono, dan Prof. Dr. Ir. Roosseno sebagai penasihat konstruksi. Arsitektur Monas dan dimensinya mengandung banyak lambang khas budaya Indonesia. Seperti bentuk tugu yang menjulang tinggi melambangkan lingga dan pelataran cawan yang memiliki arti yoni. Lingga dan yoni juga melambangkan positif dan negatif, seperti pria dan wanita, air dan api, siang dan malam, atau langit dan bumi sebagai lambang alam yang abadi. Salah satu ikon terkenal dari Monas adalah pelataran puncak tugu api yang tak pernah padam. Hal itu melambangkan tekad bangsa Indonesia untuk berjuang yang tidak akan pernah surut.
Penampakan Gereja Immanuel, Gereja Katedral Jakarta, dan Masjid Istiqlal di kawasan Ibu Kota. Gereja Immanuel yang dibangun pada tahun 1834 didirikan sebagai tempat ibadah bagi umat Protestan sementara Gereja Katedral dibangun sebagai tempat ibadah untuk umat Katolik di Batavia. Berada di seberang Gereja Katedral, Masjid Istiqlal dibangun pada tahun 1961. Salah satu masjid terbesar di Asia Tenggara ini didesain oleh Friedrich Silaban. Diketahui, nama Istiqlal diambil dari bahasa Arab yang berarti merdeka.
Bioskop Metropole atau dikenal juga dengan sebutan Bioskop Megaria merupakan bioskop tertua di Jakarta. Dibangun pada tahun 1932, bioskop ini dirancang oleh Liauw Goan Singengan dengan gaya Art Deco. Bioskop yang kini menjadi salah satu bangunan cagar budaya di Ibu Kota itu masih beroperasi hingga saat ini.