Melongok Pura Mangkunegaran, Keraton di Selatan Aliran Kali Pepe

Pura Mangkunegaran menandai terbaginya wilayah Surakarta menjadi dua, yakni Mangkunegaran dan Keraton Kasunanan. (Brigida Emi Lilia/d'Traveler)
Pura Mangkunegaran didirikan oleh Raden Mas (RM) Said yang bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I, lengkapnya Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara Senopati Ing Ayudha Sudibyaningprang. Penguasa Mangkunegaran berkedudukan di Puro Mangkunegaran. (Foto: Rifkianto Nugroho)
Pura Mangkunegaran dibangun mulai tahun 1757 oleh Mangkunegara 1 dengan mengikuti model keraton. Secara arsitektur kompleks bangunannya memiliki bagian-bagian yang menyerupai keraton, seperti memiliki pamedan, pendapa, pringgitan, dalem, dan keputren. Seluruh kompleks dikelilingi oleh tembok, hanya bagian pamedan yang diberi pagar besi.(Rifkianto Nugroho)
Pura ini dibangun setelah Perjanjian Salatiga yang mengawali pendirian Praja Mangkunegaran ditandatangani oleh kelompok RM Said, Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengkubuwana I), Sunan Pakubuwana III, dan VOC pada tahun 1757. Pangeran Sambernyawa, julukan bagi Raden Mas Said, diangkat menjadi "Pangeran Adipati" bergelar Mangkunegara I. (Rifkianto Nugroho)Rifkianto Nugroho)
Pendopo di Puro Mangkunegaran disebut Pendopo Ageng, memiliki ukuran 3.500 meter persegi. Pendopo ini dapat menampung lima sampai sepuluh ribu orang orang ini, selama bertahun-tahun dianggap pendopo yang terbesar di Indonesia. (Rifkianto Nugroho)
Beginilah rupa Pendopo Ageng di Puro Mangkunegaran. (Rifkianto Nugroho)
Pendopo ageng Pura Mangkunegaran merupakan tempat bagi raja untuk mengumpulkan para rakyat maupun utusannya. (Rifkianto Nugroho)
Selain itu, pendopo ini dapat difungsikan sebagai tempat pertunjukkan tari dan wayang. Tempat ini semacam ruang besar seperti aula dengan ornamen serta warna bercorak Pura Mangkunegaran. (Ria Rahmawati/d'Traveler)
Smeoga pandemi segera berakhir, sehingga ada kesempatan untuk ke Solo dan singgah di Pura Mangkunegaran. (Bayu Ardi Isnanto/detikcom)