Dulu Hutan, Kini Desa Krebet Jadi Sentra Batik Kayu

Perajin menunjukkan kerajinan batik kayu di Desa Wisata Krebet, Kelurahan Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul.

Desa Wisata Krebet dikenal sebagai penghasil batik kayu.

Kerajinan ini terbuat dari kayu dan dihias ukiran batik.

Kerajinan ini bermacam-macam jenisnya, mulai dari perabotan rumah tangga seperti meja, kursi, hingga sendok dan garpu, sampai barang kesenian seperti wayang.

detikcom sempat singgah di Desa Wisata Krebet dalam Ekspedisi 3.000 Kilometer bersama Wuling. Suasana desa ini begitu tenang dan pemandangannya cantik.

Dulunya, desa ini disebut Desa Ngalas yang artinya hutan. Maklum, sebelum tahun 80-an, desa itu tertutup hutan yang didominasi pohon jambu.

Pada tahun 1970-an, masyarakat mulai membuat kerajinan berbahan kayu. Tujuannya sederhana, untuk memenuhi kebutuhan warga Desa Krebet. Kerajinan kayu itu kemudian dimodifikasi menjadi batik kayu oleh Anton Wahono. Anton merupakan pemilik sanggar Punokawan yang juga perajin wayang kulit.

Membatik di atas kayu tentu bukan pekerjaan mudah. Semua produksi dilakukan secara manual.

Kayu itu diukir membentuk motif batik, kemudian dicanting menggunakan lilin selayaknya kain batik.

Batik kayu ini diminati masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia bahkan dunia. Negara-negara seperti Jepang hingga China menjadi tujuan ekspor batik kayu. Namun karena pandemi COVID-19, permintaan batik kayu ini menurun.

Perajin menunjukkan kerajinan batik kayu di Desa Wisata Krebet, Kelurahan Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul.
Desa Wisata Krebet dikenal sebagai penghasil batik kayu.
Kerajinan ini terbuat dari kayu dan dihias ukiran batik.
Kerajinan ini bermacam-macam jenisnya, mulai dari perabotan rumah tangga seperti meja, kursi, hingga sendok dan garpu, sampai barang kesenian seperti wayang.
detikcom sempat singgah di Desa Wisata Krebet dalam Ekspedisi 3.000 Kilometer bersama Wuling. Suasana desa ini begitu tenang dan pemandangannya cantik.
Dulunya, desa ini disebut Desa Ngalas yang artinya hutan. Maklum, sebelum tahun 80-an, desa itu tertutup hutan yang didominasi pohon jambu.
Pada tahun 1970-an, masyarakat mulai membuat kerajinan berbahan kayu. Tujuannya sederhana, untuk memenuhi kebutuhan warga Desa Krebet. Kerajinan kayu itu kemudian dimodifikasi menjadi batik kayu oleh Anton Wahono. Anton merupakan pemilik sanggar Punokawan yang juga perajin wayang kulit.
Membatik di atas kayu tentu bukan pekerjaan mudah. Semua produksi dilakukan secara manual.
Kayu itu diukir membentuk motif batik, kemudian dicanting menggunakan lilin selayaknya kain batik.
Batik kayu ini diminati masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia bahkan dunia. Negara-negara seperti Jepang hingga China menjadi tujuan ekspor batik kayu. Namun karena pandemi COVID-19, permintaan batik kayu ini menurun.