Desa Wae Rebo dari udara. Bersama dengan Desa Wisata Nglanggeran, Gunung Kidul, DIY Yogyakarta, dan Desa Wisata Tetebatu, Lombok Timur, terpilih sebagai wakil Indonesia di ajang UNWTO Best Tourism Villages 2021. Foto: Kemenparekraf
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno, akhir pekan lalu mengunjungi Desa Wae Rebo. Selain harus menempuh perjalanan 4-5 jam naik mobil, traveler juga harus hiking. Foto: Kemenparekraf
Untuk mencapai desa Wae Rebo, traveler harus hiking sejauh lima kilometer di bebatuan dan jalan setapak yang licin. Foto: Kemenparekraf
Desa wisata ini memiliki potensi yang unik. Berada di atas ketinggian 1.000 mdpl, Desa Wisata Wae Rebo sering disebut surga di atas awan. Foto: Kemenparekraf
Sandiaga di Desa Wae Rebo. Desa Wae Rebo memiliki 7 rumah adat yang menjadi ikon dari Wae Rebo, yakni Mbaru Niang, yang berbentuk kerucut. Foto: Kemenparekraf
Desa wisata Wae Rebo juga memiliki ragam seni yakni seperti rangku alu. Permainan serta tarian ini dilakukan dilakukan empat orang memegang empat tongkat bambu, memakai tongkat membentuk palang dan menggerak-gerakkannya. Sementara orang lainnya harus melompati bagian celahnya agar tidak terjepit bambu. Foto: Kemenparekraf
Untuk produk kerajinan tangan, Desa Wisata Wae Rebo memiliki kerajinan kain tenun. Khas dari kain tenun ini yaitu bermotif Manggarai yang menyerupai bunga dan memiliki warna yang lebih cerah. Sedangkan di sektor kuliner, ada kopi dan juga madu hutan. Foto: Kemenparekraf
Desa Wisata Wae Rebo berhasil menjadi salah satu dari tiga wakil Indonesia di ajang Desa Wisata Terbaik UNWTO 2021. Foto: Agung Pambudhy/detikTravel
Budaya di Wae Rebo pun masih kental. Yakni adanya upacara adat yang bernama Ritus Upacara Penti. Upacara ini merupakan bentuk syukur masyarakat kepada Tuhan dan roh leluhur terhadap semua bentuk harapan yang diterima selama satu tahun yang telah dilewati. Selain itu juga ada Tarian Caci, yang merupakan salah satu bentuk refleksi dari kebudayaan dan kehidupan warga Wae Rebo. Foto: (Shafa/detikTravel)
Adat dan kebudayaan mereka telah membaur dengan kebiasaan penduduk Pulau Flores. Namun arsitektur bangunannya masih memiliki unsur Minang. Pengaruh Minang bisa dijumpai pada arsitektur Niang Dangka, atap Mbaru Niang ini. Foto: (andikset/d'Traveler)