Dari Lapas Menuju Hotel Bintang Lima

Sandal hotel atau slipper di dalam kamar hotel merupakan salah satu kebutuhan yang disediakan pihak hotel bagi tamu yang menginap. Walau tersedia berbagai macam jenis sandal, namun yang paling umum adalah yang berwarna putih berbahan karet tipis dan diberi merek nama hotel. (Iggoy el Fitra/Antara)
Lapas Kelas II A Muaro Padang memproduksi sandal hotel dengan kualitas yang tak kalah bagus dengan buatan pabrik. Itu semua hasil karya warga binaan.  (Iggoy el Fitra/Antara)
Sedikitnya 21 warga binaan memproduksi sandal hotel setiap hari. Mereka dibagi tugas mulai dari memotong bahan, mencetak motif dan sablon, pengeleman hingga penghalusan hasil gunting bahan sandal sebanyak dua kali. (Iggoy el Fitra/Antara)
Produksi tersebut merupakan bagian dari program kemandirian produktif yang terus ditingkatkan sebagai upaya dari pembinaan terhadap warga binaan. (Iggoy el Fitra/Antara)
Kasubsi Bimbingan Kerja dan Pengelolaan Hasil Kerja Lapas Muaro Padang, Fadli, mengatakan di awal produksi sebanyak 900 pasang sandal ditolak hotel karena kualitas yang tidak bagus. Mereka pun memperbaki kualitas. Kini, warga binaan semakin mahir membuat sandal hotel dan sangat memperhatikan hal yang detail. Lapas juga terus melakukan evaluasi secara rutin pascaproduksi untuk menjaga kualitas sandal yang dibuat. (Iggoy el Fitra/Antara)
Kini, Lapas Muaro Padang meningkatkan target produksi sendal hotel buatan warga binaan dari lima ribu pasang per bulan pada 2021 menjadi sepuluh ribu per bulan pada 2022. "Tahun ini kami menargetkan dalam sebulan bisa memproduksi sepuluh ribu pasang sandal hotel, sebagai langkah menggenjot produktifitas serta potensi ekonomi," kata Kasi Kegiatan dan Kerja Lapas Muaro Padang Syafri Naldi. (Iggoy el Fitra/Antara)
Sandal buatan narapidana itu kini juga dilirik oleh hotel-hotel berbintang lainnya untuk bekerja sama, karena berhasil menjaga kualitas produk. Bahkan ada juga sejumlah rumah sakit yang berminat. Kini jumlah hotel yang sudah bekerja sama dengan Lapas Padang sebanyak enam hotel tersebar di Sumatera Barat. (Iggoy el Fitra/Antara)
Sandal hotel atau slipper di dalam kamar hotel merupakan salah satu kebutuhan yang disediakan pihak hotel bagi tamu yang menginap. Walau tersedia berbagai macam jenis sandal, namun yang paling umum adalah yang berwarna putih berbahan karet tipis dan diberi merek nama hotel. (Iggoy el Fitra/Antara)
Lapas Kelas II A Muaro Padang memproduksi sandal hotel dengan kualitas yang tak kalah bagus dengan buatan pabrik. Itu semua hasil karya warga binaan.  (Iggoy el Fitra/Antara)
Sedikitnya 21 warga binaan memproduksi sandal hotel setiap hari. Mereka dibagi tugas mulai dari memotong bahan, mencetak motif dan sablon, pengeleman hingga penghalusan hasil gunting bahan sandal sebanyak dua kali. (Iggoy el Fitra/Antara)
Produksi tersebut merupakan bagian dari program kemandirian produktif yang terus ditingkatkan sebagai upaya dari pembinaan terhadap warga binaan. (Iggoy el Fitra/Antara)
Kasubsi Bimbingan Kerja dan Pengelolaan Hasil Kerja Lapas Muaro Padang, Fadli, mengatakan di awal produksi sebanyak 900 pasang sandal ditolak hotel karena kualitas yang tidak bagus. Mereka pun memperbaki kualitas. Kini, warga binaan semakin mahir membuat sandal hotel dan sangat memperhatikan hal yang detail. Lapas juga terus melakukan evaluasi secara rutin pascaproduksi untuk menjaga kualitas sandal yang dibuat. (Iggoy el Fitra/Antara)
Kini, Lapas Muaro Padang meningkatkan target produksi sendal hotel buatan warga binaan dari lima ribu pasang per bulan pada 2021 menjadi sepuluh ribu per bulan pada 2022. Tahun ini kami menargetkan dalam sebulan bisa memproduksi sepuluh ribu pasang sandal hotel, sebagai langkah menggenjot produktifitas serta potensi ekonomi, kata Kasi Kegiatan dan Kerja Lapas Muaro Padang Syafri Naldi. (Iggoy el Fitra/Antara)
Sandal buatan narapidana itu kini juga dilirik oleh hotel-hotel berbintang lainnya untuk bekerja sama, karena berhasil menjaga kualitas produk. Bahkan ada juga sejumlah rumah sakit yang berminat. Kini jumlah hotel yang sudah bekerja sama dengan Lapas Padang sebanyak enam hotel tersebar di Sumatera Barat. (Iggoy el Fitra/Antara)