Sambut Ramadan, Warga Magelang Gelar Tradisi Perang Air

Sejumlah penari mengikuti kirab menuju sendang Dawung saat tradisi Bajong Banyu di Dusun Dawung, Banjarnegoro, Mertoyudan, Magelang, Jateng, Minggu (27/3/2022). Setelah ditiadakan dua tahun akibat pandemi COVID-19, tradisi Bajong Banyu kembali digelar warga setempat sebagai wujud sukacita menyambut datangnya bulan suci Ramadan.
 
Tradisi setiap tahun itu diawali dengan prosesi pengambilan air di sumber air Sendang Kedawung oleh puluhan warga serta para tokoh dan perangkat desa setempat. Dengan membawa kendi para tokoh masyarakat mengambil air di Sendang Kedawung. Upacara itu dikawal dan dijaga oleh pasukan Bregada berjalan sejauh 100 meter menuju sumber air. Sambil membunyikan bonang dan kenong, ritual mengambil air dimulai. Terlebih dahulu para penari melakukan tarian diikuti pengambilan air dari sendang.
Air yang dianggap suci itu dibawa lagi ke tengah-tengah dusun. Selanjutnya sesepuh desa menuangkan air yang dianggap suci tersebut ke dalam gentong, menyiramkan dan melemparkannya kepada masyarakat. Terjadilah perang air atau Bajong Banyu yang merupakan inti dari tradisi tersebut.
Sejumlah penari mengikuti kirab menuju sendang Dawung saat tradisi Bajong Banyu di Dusun Dawung, Banjarnegoro, Mertoyudan, Magelang, Jateng, Minggu (27/3/2022). Setelah ditiadakan dua tahun akibat pandemi COVID-19, tradisi Bajong Banyu kembali digelar warga setempat sebagai wujud sukacita menyambut datangnya bulan suci Ramadan. 
Tradisi setiap tahun itu diawali dengan prosesi pengambilan air di sumber air Sendang Kedawung oleh puluhan warga serta para tokoh dan perangkat desa setempat. Dengan membawa kendi para tokoh masyarakat mengambil air di Sendang Kedawung. Upacara itu dikawal dan dijaga oleh pasukan Bregada berjalan sejauh 100 meter menuju sumber air. Sambil membunyikan bonang dan kenong, ritual mengambil air dimulai. Terlebih dahulu para penari melakukan tarian diikuti pengambilan air dari sendang.
Air yang dianggap suci itu dibawa lagi ke tengah-tengah dusun. Selanjutnya sesepuh desa menuangkan air yang dianggap suci tersebut ke dalam gentong, menyiramkan dan melemparkannya kepada masyarakat. Terjadilah perang air atau Bajong Banyu yang merupakan inti dari tradisi tersebut.