Tapi winglet tidak hanya untuk pemasaran saja karena keberadaannya benar-benar menghemat bahan bakar. Rata-rata, sebuah pesawat yang dilengkapi dengan winglet dapat menghemat BBM hingga 5%.
Ide winglet disempurnakan untuk pesawat modern pada 1970-an oleh insinyur NASA, Richard Whitcomb. Ia membayangkan penambahan sayap vertikal yang terinspirasi oleh cara burung meringkuk di ujung sayapnya saat membutuhkan daya angkat.
Ada pula jenis "split scimitar", yang dirancang untuk 737, dan winglet "spiroid", yang digunakan pada beberapa jet bisnis. Semua desain dimaksudkan untuk lebih meningkatkan efisiensi dan mengurangi pembakaran bahan bakar.
Tidak seperti Boeing, adopsi winglet di Airbus cukup lambat dan tetap tidak yakin akan manfaatnya hingga tahun 2000-an. Pada tahun 2011 ia pertama kali menerbangkan desain winglet mereka sendiri, menyebutnya "sharklet" namun berkembang dengan cepat.
Winglet membantu pendakian tapi bagi pesawat penerbangan jarak jauh, mungkin mendapat manfaat lebih sedikit dari winglet. Akibatnya, model Boeing 787 dan 777 tidak memiliki winglet melainkan ujung sayap yang runcing atau ujung sayap yang memiliki lengkungan ke belakang. Desain itu lebih efisien selama pelayaran dan hemat bahan bakar sebanding dengan winglet.