Taman Hiburan Ini Pernah Jadi yang Terbesar di Eropa, Kini Tinggal Kenangan

Tampak sejumlah wahana permainan yang ditinggalkan di taman hiburan Wonderland Eurasia di Ankara, Turki, Kamis (21/7/2022) waktu setempat.
 
Dari luar, terdapat mainan dinosaurus yang tak terurus dikelilingi rumput liar. Suasana taman sunyi. Mainan rusak dan cuma jadi sarang debu.
 
Diresmikan pada Maret 2019, taman bermain ini menjadi 'Wonderland Eurasia' alias tempat hiburan terbesar di Eropa. Erdogan menyebut taman hiburan bakal jadi simbol kebanggaan.
 
Meski memakan biaya pembangunan sampai US$801juta atau setara Rp11 Triluan, ada saja masalah yang terjadi mulai dari roller coaster mogok dua hari setelah peresmian, toilet berantakan, beberapa wahana belum selesai.
 
Kurang dari setahun beroperasi, taman bermain ditutup. Operator berjuang membayar gaji staf dan tagihan listrik karena minimnya pengunjung.
 
Taman hiburan seolah menafikkan kenyataan bahwa sebenarnya Ankara memiliki kebutuhan lain yang lebih mendesak.
 
Tezcan Karakus Candan, kepala Chamber of Architect cabang Ankara menyebut Ankara membutuhkan transportasi, bukan Disneyland ala-ala.
 
Meski tak beroperasi lagi, taman hiburan ini masih menyisakan persoalan. 
 
Sekarang kota menggugat operator untuk mencoba mengambil kembali kontrol atas tanah dan dikembalikan pada hal yang konstruktif.
 
Tampak sejumlah wahana permainan yang ditinggalkan di taman hiburan Wonderland Eurasia di Ankara, Turki, Kamis (21/7/2022) waktu setempat. 
Dari luar, terdapat mainan dinosaurus yang tak terurus dikelilingi rumput liar. Suasana taman sunyi. Mainan rusak dan cuma jadi sarang debu. 
Diresmikan pada Maret 2019, taman bermain ini menjadi Wonderland Eurasia alias tempat hiburan terbesar di Eropa. Erdogan menyebut taman hiburan bakal jadi simbol kebanggaan. 
Meski memakan biaya pembangunan sampai US$801juta atau setara Rp11 Triluan, ada saja masalah yang terjadi mulai dari roller coaster mogok dua hari setelah peresmian, toilet berantakan, beberapa wahana belum selesai. 
Kurang dari setahun beroperasi, taman bermain ditutup. Operator berjuang membayar gaji staf dan tagihan listrik karena minimnya pengunjung. 
Taman hiburan seolah menafikkan kenyataan bahwa sebenarnya Ankara memiliki kebutuhan lain yang lebih mendesak. 
Tezcan Karakus Candan, kepala Chamber of Architect cabang Ankara menyebut Ankara membutuhkan transportasi, bukan Disneyland ala-ala. 
Meski tak beroperasi lagi, taman hiburan ini masih menyisakan persoalan.  
Sekarang kota menggugat operator untuk mencoba mengambil kembali kontrol atas tanah dan dikembalikan pada hal yang konstruktif.