Pura Spesial di Bali: Ada Musala, Berkurban, dan Tiada Suguhan Babi

Plang bertulis LANGGAR menyita perhatian kami usai menyambangi kawasan Danau Batur, Kintamani, Bali. Kami langsung belok dan berpikir itu adalah musala di dalam komplek pura dan benar adanya.

Area Pura Langgar dikelilingi oleh telaga yang dahulu dihiasi bunga teratai. Di sekitarnya juga terdapat beberapa pura lainnya seperti Pura Penataran Agung Bunutin, Pura Pajenengan, dan Pura Dalem Desa Adat Bunutin.

Saat kami datang, hanya ada anak-anak bermain bola di pelatarannya. Kawasan Pura Langgar berlokasi di Desa Bunutin, Bangli itu memang sangat adem karena masih berada di kaki Gunung Batur.

Ogoh-ogoh di dalam komplek Pura Langgar Bangli.

Tiada tiket masuk untuk masuk ke Pura Langgar Bangli. Pun penjaga gerbang juga tiada di sana. Pelinggih di tengah telaga.

Keberadaan langgar di dalam komplek Pura Langgar Bangli tidak ujug-ujug terjadi. Karena ada proses hidayah di dalamnya meski si pembangun bukanlah seorang muslim.

Berbeda dengan bentuk arsitektur bangunan tempat suci (pura) di Bali pada umumnya, arsitektur bangunan Pura Langgar menyerupai sebuah langgar berundak dua, berpintu empat, serta atapnya bertingkat dua.

Langgar atau musala di Pura Langgar Bangli dibangun melalui proses panjang sebuah pencarian. Jadi, saudara kembar raja yang berkuasa di daerah itu saat itu melakukan pertapaan karena kembarannya sakit keras dan jika ingin sembuh harus membangun musala.

Konon, dua tingkat atap tersebut melambangkan syariat atau hukum yang mengatur tata kehidupan dan peribadatan umat muslim, sedangkan dua undak melambangkan jalan menuju Tuhan.

Bangunan yang penuh ukiran di setiap sudutnya ini memiliki pintu di setiap sisinya, yang mencirikan tempat sembahyang umat Islam. Pura ini dilengkapi pula dengan beberapa fasilitas seperti tempat berwudhu dan salat bagi umat Islam, dan toilet.

Plang bertulis LANGGAR menyita perhatian kami usai menyambangi kawasan Danau Batur, Kintamani, Bali. Kami langsung belok dan berpikir itu adalah musala di dalam komplek pura dan benar adanya.
Area Pura Langgar dikelilingi oleh telaga yang dahulu dihiasi bunga teratai. Di sekitarnya juga terdapat beberapa pura lainnya seperti Pura Penataran Agung Bunutin, Pura Pajenengan, dan Pura Dalem Desa Adat Bunutin.
Saat kami datang, hanya ada anak-anak bermain bola di pelatarannya. Kawasan Pura Langgar berlokasi di Desa Bunutin, Bangli itu memang sangat adem karena masih berada di kaki Gunung Batur.
Ogoh-ogoh di dalam komplek Pura Langgar Bangli.
Tiada tiket masuk untuk masuk ke Pura Langgar Bangli. Pun penjaga gerbang juga tiada di sana. Pelinggih di tengah telaga.
Keberadaan langgar di dalam komplek Pura Langgar Bangli tidak ujug-ujug terjadi. Karena ada proses hidayah di dalamnya meski si pembangun bukanlah seorang muslim.
Berbeda dengan bentuk arsitektur bangunan tempat suci (pura) di Bali pada umumnya, arsitektur bangunan Pura Langgar menyerupai sebuah langgar berundak dua, berpintu empat, serta atapnya bertingkat dua.
Langgar atau musala di Pura Langgar Bangli dibangun melalui proses panjang sebuah pencarian. Jadi, saudara kembar raja yang berkuasa di daerah itu saat itu melakukan pertapaan karena kembarannya sakit keras dan jika ingin sembuh harus membangun musala.
Konon, dua tingkat atap tersebut melambangkan syariat atau hukum yang mengatur tata kehidupan dan peribadatan umat muslim, sedangkan dua undak melambangkan jalan menuju Tuhan.
Bangunan yang penuh ukiran di setiap sudutnya ini memiliki pintu di setiap sisinya, yang mencirikan tempat sembahyang umat Islam. Pura ini dilengkapi pula dengan beberapa fasilitas seperti tempat berwudhu dan salat bagi umat Islam, dan toilet.