Igit Siswangki, Keeper TSI yang Tiga Kali Digigit Komodo

Igit Siswangki sedang melakukan perawatan komoda di Taman Safari Indonesia beberapa waktu lalu.
Igit Siswangki tetap melakukan perawatan dengan sepenuh hati meski telah tiga kali digigit komodo.
Igit menjadi perawat atau keeper komodo dua tahun belakangan. Namun, perjalanannya merawat hewan langka ini tak ujug-ujug, melainkan lewat pengalaman panjang selama delapan tahun merawat reptil seperti buaya, king kobra, dan aneka ular lainnya.
Sebelum menyentuh reptil, Igit dilatih hampir enam bulan sebelum akhirnya benar-benar dipercayakan penuh merawat hewan endemik tersebut.
Walaupun telah lama mengurus binatang reptil, tetapi kecelakaan juga tak luput dari kesehariannya. Ia berujar pernah digigit komodo sebanyak tiga kali. Namun beruntung, keselamatan masih menyertainya.
Igit sedang memberi makan komodo di Taman Safari Indonesia.
Bakteri komodo di Taman Safari Indonesia tidak membahayakan seperti bakteri komodo di alam liar. Walau begitu, hewan ini tetap memiliki bakteri yang cukup membahayakan.
Saat ini Taman Safari Indonesia di Cisarua, Bogor, memiliki koleksi 10 ekor komodo.
Komodo atau yang memiliki nama latin Varanus komodoensis merupakan satwa asli Indonesia, sekaligus menjadi kadal raksasa terbesar yang masih hidup hingga saat ini.
Komodo dinilai merupakan reptil yang cukup berbahaya. Namun, hingga kini perdebatan antara para pakar masih terjadi terkait liur komodo yang memiliki bakteri mematikan.
Igit menjelaskan, bakteri komodo di Taman Safari Indonesia tidak membahayakan seperti bakteri komodo di alam liar. Hal tersebut karena dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi oleh komodo di alam liar cenderung makanan yang tidak fresh.
Komodo adalah hewan endemik Indonesia, sekaligus kadal raksasa terbesar yang masih hidup di dunia. Merawatnya tak mudah, karena selain langka, hewan ini cukup berbahaya.