Tradisi Unik Tnyafar di Pulau Selaru

'Tnyafar' adalah bentuk kearifan lokal warga masyarakat di Pulau Selaru di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku. Tradisi ini dilakukan oleh warga Desa Adaut sejak zaman nenek moyang hingga menjadi suatu adat dan cara bertahan hidup khas masyarakat setempat.
Tnyafar dalam bahasa Yamdena adalah rumah kebun. Tujuan pembentukan Tnyafar adalah untuk menjalankan aktivitas perkebunan dan usaha kelautan.
Mereka rela meninggalkan rumah untuk tinggal secara sederhana dengan tidak ada lsitrik digubuk dipingir pantai untuk membudidaya rumput laut.
Untuk sampai ke wilayah Tnyafar, dibutuhkan waktu 1 jam perjalanan melewati jalan tanah berbatu dari Desa Adaut. Jalan ini baru saja dibuka beberapa waktu lalu untuk memudahkan akses warga Adaut menuju Tnyafar. Sebelumnya, warga harus menyeberang menggunakan perahu-perahu kecil untuk bisa sampai di Tnyafar.
Pemandangan gubuk kayu dengan atap daun kelapa berbaris rapi di sepanjang pesisir pantai terlihat saat tiba di Tnyafar.
Hampir setiap rumah di Tnyafar memiliki tempat pengeringan rumput laut karena mayoritas warga di sana merupakan petani rumput laut atau yang biasa disebut warga sebagai agar-agar.
Secara sosiologis, Tnyafar merupakan satuan organisasi sosial yang terdiri dari beberapa keluarga dan lebih bercorak sosio-ekonomi. Dikatakan satuan organisasi sosial karena ada sistem pengorganisasian komunitas di Tnyafar diselenggarakan secara bersama melalui koordinasi ketua, sekretaris, bendahara, dan dilantik oleh kepala desa.
Tnyafar terpisah dari desa induk atau terkonsentrasi di dusun-dusun atau pulau-pulau yang terpisah dari desa induk. Biasanya masyarakat/keluarga yang terlibat dalam Tnyafar akan tinggal dalam jangka panjang, yakni satu minggu sekali ke desa saat sabtu dan minggu untuk beribadah di Gereja.
Selama berada di Tnyafar keluarga-keluarga ini tidak pernah pulang ke desa, artinya menetap di Tnyafar dan menghidupi diri dan keluarga dari hasil bekerja di Tnyafar. Saat masa panen, ada yang menjual hasil panen ke pasar di desa atau pasar di pusat kabupaten.
Para petani rumput laut di Tnyafar menggunakan metode tali bentang untuk membudidayakan komoditas yang mereka sebut agar-agar ini. Bermodalkan tali sepanjang kurang lebih 25 meter, mereka mengikatkan bibit rumput laut induk dan anakan lalu melepasnya ke perairan.
Masing-masing petani telah memiliki area kavling yang ditentukan bersama oleh warga Tnyafar. Adapun masa tanam bibit rumput laut ini berkisar 1,5-2 bulan. Selama periode tersebut, petani harus sesekali membersihkan kotoran yang menempel di tali rumput laut agar kualitasnya tetap terjaga.
Setelah masa tanam selesai, para petani akan menarik tali tersebut dan mengumpulkan hasil panen dalam keranjang-keranjang besar.
Rumput laut yang sudah dilepas dari tali lalu dikeringkan selama 2-3 hari di bawah sinar matahari untuk kemudian dibawa agen yang akan menjualnya ke kota.
Harga rumput laut dipetani Rp 27 ribu perkiloram. Sekali panen rata-rata warga bisa mendapatkan beberapa ton.
Fungsi Tnyafar terhadap pemenuhan kebutuhan pangan keluarga sangat penting. Warga masyarakat mengatakan bahwa dengan adanya Tnyafar maka kebutuhan pangan keluarga dapat terpenuhi.