Nggak Bahaya Ta? Petani dan Sawahnya di Tengah Bandara Narita Jepang

Takao telah hidup dengan profesi itu sejak dirintis oleh kakeknya dan turun ke ayahnya. Ayah Takao, Toichi, merupakan salah satu petani yang aktif menolak perpanjangan Bandara Narita sejak tahun 1970 (Foto: Facebook)

Selain profesi yang sama, Takao juga menggunakan pakaian kebesaran yang dulu dipakai sejak zaman kakeknya. Bisa dikatakan, Takao masih menjaga tradisi keluarganya hingga saat ini (Foto: Facebook)

Namun, kondisi yang dialaminya saat ini cukup berbeda dengan leluhurnya. Dahulu, sawah keluarganya merupakan satu dari bagian desa yang dihuni oleh 30 keluarga petani. Kini, sawah milik Takao menjadi satu-satunya yang bertahan di tengah Bandara Narita (Foto: Facebook)

Akibat deru pembangunan Bandara Narita, perlahan satu per satu keluarga petani di desa Takao mulai pergi. Hanya tersisa keluarga Takao, yang tetap setia menjaga sawah keluarganya (Foto: Facebook)

Walau tanahnya telah ditawar hingga puluhan miliar rupiah, tapi Takao tetap teguh pada pendiriannya. Alhasil, sejumlah tantangan dihadapinya (Foto: Facebook)

Untuk mencapai sawah keluarga yang terletak di tengah Bandara Narita, Takao harus mengaksesnya melalui lorong bawah tanah yang berada di bawah landasan pesawat menuju sawahnya. Belum lagi suara bising pesawat yang hilir mudik di kiri kanannya (Foto: Facebook)

Takao telah hidup dengan profesi itu sejak dirintis oleh kakeknya dan turun ke ayahnya. Ayah Takao, Toichi, merupakan salah satu petani yang aktif menolak perpanjangan Bandara Narita sejak tahun 1970 (Foto: Facebook)
Selain profesi yang sama, Takao juga menggunakan pakaian kebesaran yang dulu dipakai sejak zaman kakeknya. Bisa dikatakan, Takao masih menjaga tradisi keluarganya hingga saat ini (Foto: Facebook)
Namun, kondisi yang dialaminya saat ini cukup berbeda dengan leluhurnya. Dahulu, sawah keluarganya merupakan satu dari bagian desa yang dihuni oleh 30 keluarga petani. Kini, sawah milik Takao menjadi satu-satunya yang bertahan di tengah Bandara Narita (Foto: Facebook)
Akibat deru pembangunan Bandara Narita, perlahan satu per satu keluarga petani di desa Takao mulai pergi. Hanya tersisa keluarga Takao, yang tetap setia menjaga sawah keluarganya (Foto: Facebook)
Walau tanahnya telah ditawar hingga puluhan miliar rupiah, tapi Takao tetap teguh pada pendiriannya. Alhasil, sejumlah tantangan dihadapinya (Foto: Facebook)
Untuk mencapai sawah keluarga yang terletak di tengah Bandara Narita, Takao harus mengaksesnya melalui lorong bawah tanah yang berada di bawah landasan pesawat menuju sawahnya. Belum lagi suara bising pesawat yang hilir mudik di kiri kanannya (Foto: Facebook)