Agar lahan yang asalnya tidak bermanfaat itu bisa menghasilkan pundi-pundi, alhasil sang pemilik lahan menyulap area ini menjadi sebuah objek wisata. Tentunya keputusan ini karena dialiri oleh sungai dan memiliki air terjun, di tahun 2006 kawasan ini mulai dibuka dan dinamai Curug Tilu Leuwi Opat.
Nur selaku petugas pengelola menjelaskan arti dari Curug Tilu Leuwi Opat. Curug yang berarti air terjun dan leuwi berarti kolam atau kubangan, karena memiliki tilu (tiga) air terjun serta memiliki opat (empat) kolam jadi nama objek wisata ini disebut Curug Tilu Leuwi Opat.
Dan kini objek wisata ini bekerja sama dengan pihak Perhutani dan beberapa pihak lain untuk menunjang fasilitas yang lebih memadai seperti akses jalan yang luas. Dahulu akses untuk menuju Curug Tilu Leuwi Opat terbilang sulit, hanya jalan setapak saja. Nur pun menambahkan setelah bekerja sama dengan pihak lainnya yang memiliki lahan di area kawasan tersebut, dari situ lah akses jalan mengalami pemugaran hingga kini bisa dimasuki oleh bus dan juga truk.
Dengan inisiatif dari sang pemilik lahan untuk membuka kawasan usaha, lambat laun perekonomian masyarakat sekitar pun semakin berkembang. Setelah secara bertahap menjadi objek wisata, Curug Tilu Leuwi Opat bukanlah objek wisata yang ambisius, yang melakukan promosi di berbagai medium.
Kawasan ini berkembang dengan organik, dari mulut ke mulut saja. Hingga kini objek wisata yang telah berjalan kurang lebih 17 tahun itu mulai memperlihatkan eksistensinya. Dengan aset yang dimiliki yakni tiga curug dan empat kolam menjadi sebuah destinasi tujuan yang jadi primadona para pengunjung.
Dengan perkembangannya hingga saat ini, Curug Tilu Leuwi Opat sudah bertransformasi menjadi objek wisata yang semakin baik, entah secara pengelolaan ataupun fasilitas yang diberikan. Mulai dari toilet umum yang telah disediakan, mushola, area outbond hingga kawasan river camp atau glamping.