Seni Menikmati Hidup Ala Pemilik Kopi Wongso

Saat ditemui detikTravel di lokasi langsung, Ali tampak sedang asyik bercengkrama dengan customernya. Meniti setiap bahan pizza yang akan diolah. Mengajari pengunjung bagaimana memipihkan adonan pizza yang benar. Lalu membolak balik pizza di tungku api tradisional agar matang sempurna.
“Kenapa penasaran? Aku heran, semua orang yang datang selalu bertanya begitu, bukankah ini ide bisnis yang biasa saja dibanding kapital besar?” “Aku tuh manusia yang senang menyatukan, bagaimana mensinergikan alam dan knowledge tentang art dan pengalaman berinteraksi dengan customer dulu,” kata Ali.
Kopi Wongso telah hadir sejak 2010 dengan kopi luwak original sebagai signaturenya. Hingga di tahun 2020 lokasinya pindah ke Sewon, Bantul dan mulai menerapkan konsep pizza self-made by customer.
Ali telah lama hidup di Eropa. Dunia pariwisata bukan sesuatu yang awam baginya. Tungku api tradisional yang kini ada di Kopi Wongso adalah favoritnya sejak dulu. Pemilihan lokasi Kopi Wongso yang berseberangan langsung dengan sawah semata karena Ali suka dengan alam.
Terkuak juga bahwa ide konsep pembuatan pizza oleh customer datang tanpa disengaja. Ali menyebut, awalnya hanya iseng menyuruh temannya yang datang untuk membuat sendiri, tapi tanpa disangka menjadi konsep yang menarik pengunjung datang.
Perjalanannya menikmati hidup, mengamati dan memaknai arti kehidupan membawa Ali menjadi sosok yang dicintai customernya yang datang ke Kopi Wongso.
Ali menuturkan ia tidak butuh marketing yang berisik dengan mengundang banyak influencer agar Kopi Wongso ramai. Berjalan dengan alami menurutnya akan jauh lebih menyenangkan.
Setiap hari pengunjung ramai berdatangan, bahkan dari luar kota sekalipun. Rata-rata merupakan muda mudi berpasangan, atau segerombolan sahabat.
Konsepnya yang tanpa reservasi bahkan bisa membuat antrian hingga 4 jam. Saat ditanya tentang rencana perluasan lahan atau pembukaan cabang, Ali menyebut ia belum kepikiran.
“Saya tidak takut disaingi, karena kelebihan vibesku gaakan bisa dimiliki tempat lain. Belum ada rencana perluasan atau cabang, karena nanti akan hilang eksklusifitasnya. Sengsara membawa nikmat. Vibes menunggu lama itu juga suatu kelebihan menurutku,” kata Ali.
Saat ditemui detikTravel di lokasi langsung, Ali tampak sedang asyik bercengkrama dengan customernya. Meniti setiap bahan pizza yang akan diolah. Mengajari pengunjung bagaimana memipihkan adonan pizza yang benar. Lalu membolak balik pizza di tungku api tradisional agar matang sempurna.
“Kenapa penasaran? Aku heran, semua orang yang datang selalu bertanya begitu, bukankah ini ide bisnis yang biasa saja dibanding kapital besar?” “Aku tuh manusia yang senang menyatukan, bagaimana mensinergikan alam dan knowledge tentang art dan pengalaman berinteraksi dengan customer dulu,” kata Ali.
Kopi Wongso telah hadir sejak 2010 dengan kopi luwak original sebagai signaturenya. Hingga di tahun 2020 lokasinya pindah ke Sewon, Bantul dan mulai menerapkan konsep pizza self-made by customer.
Ali telah lama hidup di Eropa. Dunia pariwisata bukan sesuatu yang awam baginya. Tungku api tradisional yang kini ada di Kopi Wongso adalah favoritnya sejak dulu. Pemilihan lokasi Kopi Wongso yang berseberangan langsung dengan sawah semata karena Ali suka dengan alam.
Terkuak juga bahwa ide konsep pembuatan pizza oleh customer datang tanpa disengaja. Ali menyebut, awalnya hanya iseng menyuruh temannya yang datang untuk membuat sendiri, tapi tanpa disangka menjadi konsep yang menarik pengunjung datang.
Perjalanannya menikmati hidup, mengamati dan memaknai arti kehidupan membawa Ali menjadi sosok yang dicintai customernya yang datang ke Kopi Wongso.
Ali menuturkan ia tidak butuh marketing yang berisik dengan mengundang banyak influencer agar Kopi Wongso ramai. Berjalan dengan alami menurutnya akan jauh lebih menyenangkan.
Setiap hari pengunjung ramai berdatangan, bahkan dari luar kota sekalipun. Rata-rata merupakan muda mudi berpasangan, atau segerombolan sahabat.
Konsepnya yang tanpa reservasi bahkan bisa membuat antrian hingga 4 jam. Saat ditanya tentang rencana perluasan lahan atau pembukaan cabang, Ali menyebut ia belum kepikiran.
“Saya tidak takut disaingi, karena kelebihan vibesku gaakan bisa dimiliki tempat lain. Belum ada rencana perluasan atau cabang, karena nanti akan hilang eksklusifitasnya. Sengsara membawa nikmat. Vibes menunggu lama itu juga suatu kelebihan menurutku,” kata Ali.