Indonesia Turun Peringkat di Global Muslim Travel Index 2025

Dari situs resmi Mastercard-CrescentRating Global Muslim Travel Index (GMTI) 2025 yang baru dirilis, tercatat jumlah kedatangan wisatawan Muslim internasional pada tahun 2024 mencapai 176 juta, naik 25% dibanding tahun sebelumnya, dan diproyeksikan akan menyentuh angka 245 juta pada 2030. Foto: Anadolu via Getty Images/Anadolu
Tak hanya dari segi jumlah, potensi ekonominya juga kian mencolok. Pada 2030 mendatang, pengeluaran wisatawan Muslim diperkirakan mencapai USD 230 miliar. Foto: Anadolu via Getty Images/Anadolu
Angka ini menjadi sinyal kuat bahwa industri pariwisata global harus cepat beradaptasi dengan kebutuhan unik pelancong Muslim yang kini mengutamakan tujuan perjalanan yang bermakna, inklusivitas, dan inovasi digital. Foto: Getty Images/Anadolu
GMTI 2025 mengungkap lima tren utama yang kini membentuk preferensi wisatawan Muslim: Aplikasi Cerdas untuk Perjalanan Halal, Peran Penting Wisatawan Muslimah, Fasilitas Ramah Muslim yang Semakin Diperlukan, Meningkatnya Tren Solo Traveling dan  Liburan Digital Detox. Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Dari daftar destinasi ramah muslim untuk negara-negara anggota OKI (Organisasi Kerja Sama Islam), Asia Tenggara kembali unggul dalam daftar GMTI baik untuk kategori negara anggota OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) maupun non-OKI. Foto: Dok. Detikcom
Tahun lalu Indonesia dan Malaysia punya rating dan nilai yang sama sehingga berada di urutan teratas. Tahun ini Malaysia tetap di atas, kemudian Indonesia menyusul dengan nilai tinggi, mengandalkan kekayaan budaya serta dukungan kebijakan pemerintah terhadap pariwisata ramah Muslim. Sayang saja Indonesia turun 4 peringkat dari urutan 1 menjadi urutan 5 setelah Malaysia, Turki, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Penurunan rating Indonesia ini menunjukkan destinasi lain lebih cepat perkembangannya untuk merayu para wisatawan muslim. Foto: Anadolu via Getty Images/Anadolu
Dari situs resmi Mastercard-CrescentRating Global Muslim Travel Index (GMTI) 2025 yang baru dirilis, tercatat jumlah kedatangan wisatawan Muslim internasional pada tahun 2024 mencapai 176 juta, naik 25% dibanding tahun sebelumnya, dan diproyeksikan akan menyentuh angka 245 juta pada 2030. Foto: Anadolu via Getty Images/Anadolu
Tak hanya dari segi jumlah, potensi ekonominya juga kian mencolok. Pada 2030 mendatang, pengeluaran wisatawan Muslim diperkirakan mencapai USD 230 miliar. Foto: Anadolu via Getty Images/Anadolu
Angka ini menjadi sinyal kuat bahwa industri pariwisata global harus cepat beradaptasi dengan kebutuhan unik pelancong Muslim yang kini mengutamakan tujuan perjalanan yang bermakna, inklusivitas, dan inovasi digital. Foto: Getty Images/Anadolu
GMTI 2025 mengungkap lima tren utama yang kini membentuk preferensi wisatawan Muslim: Aplikasi Cerdas untuk Perjalanan Halal, Peran Penting Wisatawan Muslimah, Fasilitas Ramah Muslim yang Semakin Diperlukan, Meningkatnya Tren Solo Traveling dan  Liburan Digital Detox. Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Dari daftar destinasi ramah muslim untuk negara-negara anggota OKI (Organisasi Kerja Sama Islam), Asia Tenggara kembali unggul dalam daftar GMTI baik untuk kategori negara anggota OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) maupun non-OKI. Foto: Dok. Detikcom
Tahun lalu Indonesia dan Malaysia punya rating dan nilai yang sama sehingga berada di urutan teratas. Tahun ini Malaysia tetap di atas, kemudian Indonesia menyusul dengan nilai tinggi, mengandalkan kekayaan budaya serta dukungan kebijakan pemerintah terhadap pariwisata ramah Muslim. Sayang saja Indonesia turun 4 peringkat dari urutan 1 menjadi urutan 5 setelah Malaysia, Turki, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Penurunan rating Indonesia ini menunjukkan destinasi lain lebih cepat perkembangannya untuk merayu para wisatawan muslim. Foto: Anadolu via Getty Images/Anadolu