10 Tempat Wisata Bikin Trauma, Dikira Surga Ternyata Kotor dan Ramai

Pantai Kuta, Bali. Situs Fodor's Travel mengingatkan traveler untuk berpikir kembali jika ingin ke Pantai Kuta. Karena, spot ini sangat populer dan nyaris selalu ramai pengunjung dari dalam dan luar negeri. Selain terlalu ramai, Pantai Kuta menghadapi masalah sampah akibat turis yang tidak bertanggung jawab pada kebersihan lingkungan. Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Venice, Italia. Venice dengan sungai dan gandolanya kerap digambarkan sebagai kota yang romantis dan menakjubkan. Daya tarik Venice masih ada, namun tertutup karena banyaknya pengunjung dan infrastruktur yang tidak dirancang untuk menampung banyak orang. Alih-alih duduk nyaman dalam gandola, turis harus menghadapi kemacetan di sungai dan tak bisa menikmati landmark kota misal Jembatan Rialto. Foto: AP/Antonio Calanni
Pantai Cancun, Meksiko. Awalnya, Cancun terkenal dengan aneka kuliner dan kehidupan malamnya yang sangat ramai dengan aktivitas penduduk sekitar. Namun, daya tarik otentik Cancun memudar seiring pembangunan hotel dan pusat kuliner menggeser kuliner lokal yang jauh lebih menggoda. Kehidupan malam terasa makin komersil dan mirip Meksiko, beda jauh dengan Cancun saat belum tersentuh kapitalisme.Foto: REUTERS/Paola Chiomante
Menara Eiffel, Prancis. Eiffel mungkin masih menjadi impian banyak orang sejak kecil. Hingga kini, Eiffel masih jadi ikon Prancis di mata dunia dan destinasi wisata utama. Namun turis harus siap menghadapi antrian lift yang sangat panjang, harga tiket mahal, copet, sampah, dan kelakuan kurang menyenangkan para pedagang jalanan. Eiffel memang masih menarik, tapi hanya untuk dilihat bukan dikunjungi. Foto: AP Photo/Thibault Camus
Grand Canyon, Amerika. Spot Grand Canyon dikenal dengan alamnya yang indah, tenang, dan cocok untuk petualangan. Seiring dengan banyaknya pengunjung, pesona alami Grand Canyon hilang akibat jalur pendakian yang padat dan sampah di mana-mana. Grand Canyon tak ubahnya destinasi wisata populer yang penuh pengunjung, hingga terjadi macet di jalur-jalur pendakian. Suasana Grand Canyon yang dulu sangat dirindukan pengunjung dan berharap ada langkah baik untuk memperbaiki kondisi sekarang.Foto: (Getty Images/ansonmiao)
Piramid Giza, Mesir. Keajaiban Giza masih menjadi daya tarik wisatawan, namun lingkungan sekitar bisa bikin mereka trauma untuk datang lagi atau sekadar merekomendasikannya. Aturan yang tidak tegas diduga mengakibatkan banyaknya jasa travel dan guide ilegal di sekitar piramida. Belum lagi pedagang dan unta yang bikin pengunjung tak bisa menikmati pemandangan piramida. Saat ini pengunjung lebih banyak memilih tempat yang lebih tenang meski tak sepopuler Giza.Foto: REUTERS/Mohamed Abd El Ghany/File Photo
Times Square, New York. Arena Times Square yang ikonik menarik perhatian para turis yang berkunjung ke New York. Namun turis di sini mungkin tidak bisa merasakan takjub karena melihat kehidupan khas warga New York. Rasa takjub diakibatkan ramainya kota hingga kesulitan ambil foto, penampil jalan agresif minta uang, serta restoran dan toko souvenir yang pasang harga mahal dengan kualitas barang tidak sebanding.Foto: REUTERS/Marko Djurica
Taj Mahal, India. Berkunjung ke Taj Mahal, turis tidak lagi bisa menikmati detail arsitektur dan keagungan bangunannya. Para turis harus berdesak-desakan karena terlalu ramai dan komersialisasi di berbagai sudutnya. Belum lagi penjaja souvenir dan pemandu yang sangat agresif menawarkan jasa. Saat ini turis memilih kunjungan di jam yang tidak ramai atau lokasi sekitar yang lebih tenang. Foto: Pawan Sharma/AFP/Getty Images
Tembok Besar, Cina. Bangunan Tembok Besar identik dengan keagungan dan tekad penguasa serta masyarakat yang ingin melindungi wilayahnya. Keinginan untuk mengagumi bangunan kuno ini raib karena banyaknya pengunjung serta pedagang jalanan yang memenuhi areal Tembok Besar. Aktivis sejarah dan lingkungan bahkan sudah mengingatkan efek banyaknya pengunjung pada kekuatan bangunan berusia ribuan tahun ini.Foto: REUTERS/FLORENCE LO
Marrakesh, Maroko. Pasar dan kehidupan tradisional Marrakesh identik dengan energi besar, antusiasme, serta warna-warni yang menarik perhatian. Pesona tersebut masih ada, namun tertutup dengan perilaku pedagang setempat yang sangat agresif sehingga pengunjung tidak bisa melihat-lihat pasar dengan tenang. Harga barang menjadi sangat mahal dan ramai yang berdampak pada keinginan turis untuk belanja. Belum lagi copet dan penipuan yang kerap dialami turis asing.Foto: Getty Images/Eloi_Omella