Kala Dingin Tak Menyurutkan Ribuan Orang Menjelajah Dotonburi, Osaka

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Laporan dari Jepang

Kala Dingin Tak Menyurutkan Ribuan Orang Menjelajah Dotonburi, Osaka

Andi Saputra - detikTravel
Selasa, 14 Feb 2017 16:30 WIB
Keramaian di Dotonburi, Osaka (Andi/detiktravel)
Osaka - Dotonburi menjadi salah satu kawasan wisata populer di Osaka. Walau udara malam terasa begitu dingin, tak sedikit wisatawan yang datang memenuhi ruas jalan.

Ribuan orang menyemut di sepanjang jalan Dotonburi. Malam dengan suhu nyaris menyentuh 0 derajat celcius tak menyurutkan semangat untuk menjelajahi pusat tujuan wisata di Osaka itu.

"Bagi orang Osaka, ini musim dingin yang paling dingin dibanding dengan tahun-tahun yang lalu," kata salah seorang warga Osaka, Tami pada detikTravel, Senin (13/2/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dingin itu sudah mereda dibandingkan saat turun salju pada Januari 2017 lalu. Namun suhu yang menusuk tulang itu tak menjadikan mereka beringsut.

Wisatawan yang berfoto di depan papan neon Glico (Andi/detiktravel)Wisatawan yang berfoto di depan papan neon Glico (Andi/detiktravel)
Secara bergerombol atau berpasangan, berbagai turis mancanegara itu seakan menantang cuaca untuk berfoto bersama di sepanjang Jembatan Dotonbori dan Jembatan Nipponbashi. Ratusan di antaranya antre menahan dingin dan naik kapal menyusuri kanal.

Tak hanya orang dewasa yang melawan dingin, tampak anak-anak ikut larut bersama orang tuanya. Mereka tampak asyik berfoto di Jembatan Ebisubashi dengan latar belakang papan neon Glico, salah satu papan reklame ikonik Dotonburi.

Traveler yang tengah mengantre makanan (Andi/detiktravel)Traveler yang tengah mengantre makanan (Andi/detiktravel)
Bila dingin sudah tidak bisa ditoleransi, ratusan tempat makan terhampar di sepanjang jalan dan lorong jalan. Street food memanjakan lidah pelancong. Beberapa di antaranya memaksa para wisatawan untuk rela antre demi makan malam

Kawasan Dotonburi telah dibangun Jepang ratusan tahun lalu, kurang lebih tahun 1600-an. Rumah makan di sepanjang sungai terus berkembang hingga saat ini. Di kawasan ini pula berkembang kesenian tradisional yang berumur ratusan tahun seperti Kabuki dan Bunraku. (rdy/rdy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads