Tahun 2016, Kemenpar menargetkan 2 juta kunjungan turis China. Kemudian, 10 juta di tahun 2019. Turis China pun masuk 5 besar dalam pasar pariwisata Indonesia.
Namun sudah bukan rahasia lagi, bahwa turis China dikenal suka berulah baik di tempat wisat, bandara sampai hotel. Dari aksi vandalisme sampai adu mulut dengan masyarakat lokal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semua market harus kita ambil, termasuk market China ini. Jangan men-judge mereka," tegas Arief Yahya dalam acara jumpa pers Indonesia To 10 Million China Traveler, Penandatanganan MoU Kemenpar dengan Baidu di Ruang Thamrin 1, Hotel Pullman, Jakarta, Kamis (25/2/2016).
Menurut Arief, sejauh ini turis China yang datang ke Indonesia adalah kelas high-end alias kelas atas. Mereka, orang-orang yang tidak suka membuat masalah.
"Lihat saja maskapai yang terbang dari Indonesia ke China, semuanya full service tidak ada yang murah. Ada Garuda, South China Airlines dan Cathay Pacific," katanya.
Kemenpar sudah punya strategi positioning dan segmentasi. Namun tak menutup kemungkinan, nantinya tak hanya turis high-end juga tapi turis kalangan menengah dari China pun datang ke Indonesia.
Untuk hal itu, Kemenpar harus punya strategi baru. Jumlah kunjungan mereka memang besar namun jangan sampai membuat masalah yang tidak-tidak.
"Kamu bilang begini, Pak Menteri banyak turis China di Pantai Kuta. Oke, Pantai Kuta kita tutup. Bagaimana, setuju nggak? Nggak kan?" pungkasnya. (aff/fay)












































Komentar Terbanyak
Pembegalan Warga Suku Baduy di Jakpus Berbuntut Panjang
Kisah Sosialita AS Liburan di Bali Berakhir Tragis di Tangan Putrinya
Tarif Parkir Terbaru di Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta, Ini Rinciannya